AMALAN UNTUK KEBAIKAN DIAKHIRAT

PANDUAN LENGKAP SEMBAHYANG

Berwudhu

Cara atau jalan untuk membina mental dan rohani sungguh banyak sekali. Jalan yang pasti ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengekalkannya yang disebut sebagai ibadah. Salah satu mata rantai ibadah itu adalah Wudhu'.

Kegunaan Air Wudhu

Untuk segala macam solat hukumnya wajib.
Untuk Thawaf di Ka'bah, thawaf apa saja, hukumnya wajib.
Sewaktu hendak membaca Al-Qur'an hukumnya sunnat
Sewaktu hendak tidur atau lain-lain perbuatan yang baik, hukumnya sunnat
Alat Yang Dipakai

Alat yang dipakai ialah air. Meskipun demikian, air yang digunakan untuk berwudhu' adalah air yang suci lagi menyucikan (pengertiannya?), iaitu: Air hujan, Air Sumur, Air Sungai, Air Laut, Air dari mata Air, Air Telaga, Air Danau, Air Ais, Air Ledeng.

Cara-caranya

Berniat dalam hati bahawa berwudhu' untuk..., lalu:

Membasuh muka dengan air (cukup sekali asalkan merata ke seluruh muka)
Basuhlan tangan hingga sampai dengan kedua siku (cukup sekali asal merata).
Sapulah sebahagian kepala, cukup sekali saja
Basuhlan kaki hingga sampai dengan kedua mata kaki (cukup sekali asal merata).
Bila dikerjakan seperti di atas, maka wudhu' sudah sah.

Berwudhu' yang lebih sempurna

Bila ingin berwudhu' lebih sempurna, yakni sempurna lahiriah dan sempurna pula dalam ganjaran, maka kerjakanlah tabahan-tambahannya dengan cara sebagai berikut:

1. Mulailah dengan mengucapkan Bismillaahir rahmaanir rahiim...

2. Menghadaplah kearah kiblat

3. Usahakanlah berwudhu' dengan tidak meminta bantuan orang lain, seperti menimba, dan sebagainya.

4. Basuhlah jari-jari tangan dengan menyelat-nyelatinya. Dan bagi jari yang bercincin, jam atau perhiasan yang dipakai di jari-jari lainnya, bukalah perhiasan tersebut agar air dapat merata membasahi seluruh jari-jari.

5. Berkumur-kumur.

6. Masukkanlah air ke dalam hidung, lalu keluarkanlah kembali (istinsyaq).

7. Gosoklah gigi untuk menghilangkan sisa makanan dan bau mulut yang kurang sedap.

8. Mulailah dengan anggota wudhu'yang sebelah kanan.

9. Ulangilah masing-masing sampai tiga kali (3X).

10. Ratakanlah air hingga membasahi seluruh anggota wudhu'

11. Ketika menyapu kepala, ratakan seluruhnya (letakkan ibu jari samping kiri dan kanan kepala, lalu putarlah telapak tangan dari depan ke belakang, kemudian kembali ke depan (cukup sekali).

12. Basuhlah telinga dengan memasukkan telunjuk ke lubang telinga, ibu jari dibelakang telinga.

13. Bila selesai berwudhu', hadapkan muka ke arah kiblat dan berdoalah dengan membaca:

Asyhadu an laa ilaaha illalaahu wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuuluh, Allahummaj'alnii minat tawwaa biinaa waj'alnii minal mutathahhiriin.

Aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya allah , masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku masuk ke dalam golongan orang-orang yang suci.

14. Lakukanlah solat sunnat wudhu' dua raka'at.

Hal-hal yang Membatalkan Wudhu'

1. Keluar sesuatu dari "dua pintu" belakang seperti buang angin (kentut), buang air besar atau kecil, haid atau nifas, dan sebaganya.

2. Hilang akal (kerana sakit, mabuk, gila dan sebagainya) .

3. Bersetubuh.



Tayammum


"Manakala seorang muslim atau mukmin itu berwudhu, lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu semua dosa yang dilihat oleh matanya bersama air atau bersama titisan yang terakhir dari air. Manakala ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah (terusir) semua dosa yang tersentuh oleh kedua tangannya bersama air atau bersama-sama dengan titisan terakhir dari air. Manakala ia membasuh kedua kakinya, maka sirnalah semua dosa yang pernah dijalani oleh kakinya bersama air atau bersama titisan air yang terakhir, sehingga keluar (selesailah) dalam keadaan bersih dari dosa-dosa." (Hr Imam Muslim dari Abu Hurairah).

Air Wudhu

Wudhu merupakan salah satu ibadah yang khas yang dapat dipakai untuk solat, thawaf, hendak tidur, jalan keluar rumah, serta memelihara jiwa dan raga dari berbagai cacat.

Wudhu dengan air bersih dan murni bererti meniti kosmetik tradisional dan anti biotik alamiah, kerana itu, Islam tidak membenarkan berwudhu dengan air musta'mal (air bekas dipakai), air buah-buahan, akar-akaran atau air yang sudah berubah sifat-sifatnya (warna, rasa dan baunya). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahawa wudhu ialah membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga dua siku, menyapu kepala, dan membasuh kaki hingga dua mata kaki yang diawali dengan niat dalam hati.

Almarhum Buya Hamka, melalui bukunya "Lembaga Hidup" menulis tentang wudhu sbb:

"Lima kali sekurang-kurangnya sehari semalam disuruh berwudhu dan solat. Dan meskipun wudhu belum lepas, sunnat pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf diterangkan pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka, ertinya mencuci mata, hidung, mulut dan lidah, kalau-kalau tadinya berbuat dosa ketika melihat, berkata dan makan. Mencuci tangan dengan air, dalam hati dirasa seakan-akan membasuh tangan yang terlanjur berbuat salah. Membasuh kaki, dan lain-lain demikian pula. Mereka perbuat hikmat-hikmat itu, meskipun di dalam hadis dan dalil tidak bertemu, adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, padahal bathinnya masih tetap kotor. Hatinya masih khizit, loba, tamak, rakus, sehingga wudhunya lima kali sehari itu tidak berbekas diterima Allah, dan sembahyangnya tidak menjauhkan dari pada fahsya (keji) dan mungkar (dibenci)".

Penulis "Lembaga Hidup" sengaja merangkaikan keutamaan wudhu dengan masalah kesehatan badan dan kebersihannya, lalu dihubungkan dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w Tulisnya:

"Bukan kita hidup mencari puji, bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita menjaga kebersihan, kita akan dihormati orang juga". Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w: "Perbaguslah pakaianmu, perbaiki tunggangan (kenderaan) mu, sehingga kamu laksana sebutir tahi lalat di tengah-tengah pipi, di dalam pergaulan dengan orang banyak".

Allah s.w.t. menurunkan wahyu, memberi hidayah penuntun rohani dan jasmani agar keduanya tetap berfungsi dan terpelihara.

Rasulullah s.a.w bersabda:

"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah pergi ke kuburan, lalu memberi salam : "Assalamu'alaikum Dara Qaumin (perkampungan orang mukmin) dan Insya Allah kami akan menyusul kemudian, saya ingin benar melihat-lihat saudaraku." Berkata sahabat: "Bukankah kami ini adalah saudaramu ya Rasulullah? "Ya, kamu adalah sahabatku, dan saudara-saudaraku yang belum datang kini." Sahabat kembali bertanya: "Bagaimanakah engkau dapat mengenal mereka yang belum datang kini dari ummatmu ya Rasulullah?" Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bagaimana pendapatmu jika seorang mempunyai kuda belang putih muka dan kakinya, ditengah-tengah kuda yang semuanya hitam, tidakkah mudah mengenal kudanya?" Para sahabat menjawab : "Benar Ya Rasulullah." "Maka itu ummatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya sebagai bekas wudhu, dan saya akan membimbing mereka itu ke Haudh (Telaga Syafa'at)"

Cahaya, Kebersihan dan Kehidupan

Dalam air wudhu yang sakral terdapat cahaya, kebersihan dan kehidupan. Air bekas (mus'tamal) atau tersadur najis, akan menjadi sumber penyakit, buruk bagi fisik, kimia, maupun biologis. Islam pun melarang berwudhu dengan air yang demikian. Air sebagai keperluan vital kehidupan. Al-Qur'an memberi penjelasan bahawa kehidupan dimulai dari air, seperti disebutkan dalam firmannya:

"Dan kami telah menciptakan segala sesuatu yang hidup itu dari air, apakah mereka belum mau juga beriman?" (Al-Anbiya:30).

Hal-hal Yang Tidak Membatalkan Wudhu

Banyak sekali perbuatan yang dikira orang membatalkan wudhu, padahal tidak. Misalnya, seorang pekerja yang berpalitan dengan oli dan minyak, mengira air wudhunya sudah rosak dan wudhunya batal, padahal tidak; sementara yang dianggap remeh ternyata justru membatalkan wudhunya. Beberapa hal yang tidak membatalkan wudhu antara lain:

1. Bersentuhan antara pria dan wanita, sudah dewasa, tanpa lapis, selama tidak mengandung niat yang nafsu dan tak senonoh. Dalam suatu hadis disebutkan:

"Aisyah r.a. berkata: Suatu malam aku kehilangan Rasulullah s.a.w. dari tempat tidurku, maka terabalah oleh telapak tanganku pada kedua telapak kakinya yang keduanya dalam keadaan berdiri; dan Rasulullah s.a.w. sedang sujud sambil membaca: Allaahumma innii a'udzu biridhaaka, min sakhatika, wa a'uudzu bimu' aafaatika min uquubatika, wa a'uudzu bika minka laa uhshiitsanaa'an 'alaika anta kamaa atsnayta 'alaa nafsika." (HR Muslim dan At Turmuzy).

Yang erti doanya: "Ya Allah, aku berlindung dengan ridhaMu dari murkaMu, berlindung dibawah naunganMu; ringkasnya aku berlindung kepadaMu daripadaMu. Tiada terhitung puja-pujiku untukMu. Engkau sebagaimana pujianMu atas diriMu sendiri."

"Aku tidur dihadapan Rasulullah s.a.w., sedang kakiku berada di arah kiblat. Maka apabila Ia sujud, dirabanya aku dan dipegangnya kakiku". Sementara dalam lafazh yang lain disebutkan :"Maka jika ia akan sujud, kakiku, dirabanya". (HR Bukhary dan Muslim, sumber Aisyah)

2. Keluar darah dari tempat yang lazim, seperti luka, bukan dari qubul atau dubur.

3. Kerana muntah

4. Kerana makan minum. Seperti disebutkan dalam hadits nabi:

"Manimunah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. telah makan di rumahnya dengan panggangan kambing, kemudian Rasulullah s.a.w. langsung solat tanpa memperbaharui wudhu." (HR Bukhary dan Muslim).

5. Terkena segala jenis najis atau kotoran lainnya. Najis tidak menghilangkan wudhu', hanya dia cukup dibersihkan saja.

6. Tersentuh kemaluan tanpa maksud yang lain. Seperti disebutkan dalam hadis:

"Bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang orang yang menyentuh kemaluannya, apakah ia wajib berwudhu? Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak, dia adalah sebagian dari tubuhmu sendiri". (HR Lima Ahli Hadits)

Perosak Tayammum

Tayammum merupakan pengganti wudhu atau mandi. Kerana itu, ia boleh rosak atau batal apabila :

1. Langsung melihat air dan dapat menggunakannya (khusus bagi mereka yang bertayammum kerana tidak ada air).

2. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu'.

Hal-hal lain yang perlu diketahui ialah:

1. Satu kali tayammum dapat digunakan untuk beberapa solat atau thawaf, baik yang wajib maupun yang sunat.

2. Apabila mendapatkan air, padahal solat sudah dikerjakan dengan tayammum, maka solatnya tidak perlu diulangi lagi.

Tatacara Shalat


- Solat Wajib dan Praktiknya
- Syarat-syarat Sah Solat
- Praktik Solat


Berdiri Tegak Lurus
Takbiratul Ihram
Do'a Iftitah
Ta'awwudz
Al Fatihah
Ruku
I'tidal
Sujud Pertama
Duduk di Antara dua sujud
Sujud Kedua
Berdiri Pada Rakaat Kedua
Ruku di Rakaat Kedua
Bangun dari Ruku
Sujud Petama pada rakaat kedua
Duduk diantara dua sujud di rakaat kedua
Sujud Kedua pada rakaat kedua
Duduk tahiyyat
Memberi Salam


Syarat-syarat Sah Solat


Apabila kita sudah mempunyai air wudhu bererti kita sudah siap untuk mengerjakan solat. Kita boleh solat dimana saja asalkan di tempat suci. Suci disini maksudnya adalah tidak bernajis. Boleh menggunakan alas seperti sajadah atau apa saja yang bersih, sekalipun tidak memakai alas sama sekali, seperti di atas bumi. Meskipun demikian, yang penting dipersiapkan sebagai persyaratan shalat ialah:

Menutup aurat bagi lelaki iaitu antara pusat dengan lutut. Aurat wanita, seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan. Menutup aurat boleh dengan apa saja asal suci, tidak tembus pandang seperti plastik bening atau benda semacam lainnya.
Menghadap ke arah kiblat, yaitu Ka'bah di Makkah. Bila tidak memungkinkan, misalnya di atas kereta api, kapalterbang atau tak diketahui sama sekali, maka hadapkanlah wajah kita ke mana saja yang kita merasa condong bahawa itu adalah kiblat.
Harus mengetahui dengan yakin sudah berada dalam waktu solat yang hendak dikerjakan.
Yakin bahawa badan, pakaian, dan tempat solat suci dari najis.
Suci dari hadas besar dan hadas kecil.

--------------------------------------------------------------------------------

Praktik Solat

Sesudah mempunyai air wudhu' dan siap untuk solat, maka kita segera dapat memulainya dengan urutan sebagai berikut.

Berdiri Tegak Lurus

Berdiri tegak lurus dengan menghadap ke arah kiblat, disertai dengan niat: "Aku solat...(zuhur, misalnya), wajib kerana Allah". "Usalli fardhu...(Zhuhrii), lillahii ta'ala"


--------------------------------------------------------------------------------

Takbiratul Ihram

Takbiratul Ihram dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sampai menyentuh telinga diiringi dengan membaca:

Allahhu Akbar (Allah Maha Besar) (1x)

Ucapan "Allahhu Akbar" disebut Takbiratul Ihram (hukumnya wajib) kemudian pada saat peralihan gerak atau sikap, sangat dianjurkan mengucapkan takbir "Allahhu Akbar". Yang perlu diperhatikan, apabila takbir dilakukan dalam keadaan berdiri, maka sebaiknya pengucapan takbir ini disertai dengan mengangkat kedua tangan seperti pada sikap takbiratul ihram. Dan apabila perpindahan gerak atau sikap terjadi dalam keadaan duduk, maka ucapan takbir tidak perlu disertai dengan mengangkat kedua tangan. Semua ucapan takbir dalam shalat hukumnya sunnat, kecuali takbir yang pertama yaitu takbiratul ihram.


--------------------------------------------------------------------------------

Doa Iftitah

Selesai membaca takbiratul ihram, tangan langsung disedekapkan ke dada. Yang kanan menghimpit tangan kiri, pergelangan sejajar dengan pergelangan. Kemudian membaca doa iftitah (doa permulaan dan atau doa pembuka) yaitu:

Innii wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wamaa ana minal musyrikiin. Inna salaati wa nusukii wa mahyaayaa wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa bizdaalika umirtu wa ana minal muslimin.

Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menjadikan langit dan bumi, dengan keadaan suci lagi berserah diri; dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya semata-mata bagi Allah, Tuhan Semesta alam. Tidak ada sekutu baginya, demikian akau diperintahkan, dan aku adalah termasuk kedalam golongan orang-orang yang berserah diri.

Membaca do'a iftitah hukumnya sunnat. (Selain doa tersebut di atas, masih ada doa'a-do'a iftitah yang lain yang biasa juga dibaca oleh Rasulullah s.a.w.).


--------------------------------------------------------------------------------

Ta'awwudz

Selesai membaca do'a iftitah, lalu membaca "ta'awwudz". Bacaan t'awwudz hukumnya sunnat. Lafazhnya yaitu:

A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim

Aku berlinding kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk.


--------------------------------------------------------------------------------

Al Fatihah

Seudah ta'awwudz, lalu membaca surah Al Fatihah. membaca surah Al Fatihah pada setiap rakaat solat (wajib/sunnah) hukumnya wajib.

Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahi rabbil'aalamin Arahmaanirrahiim Maaliki yawmiddiin Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin Ihdinash shiraathal mustaqiim Shirathal ladziina an'amta alaihim gahiril maghdhuubi'alaihin waladh dhaalliin Aaamiin



Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah yang memelihara sekalian Alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang merajai hari pembalasan Hanya kepada-Mu kami meyembah dan hanya kepada-Mu saja kami mohon pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus Jalan mereka yang Engkau beri ni'mat, bukan jalan mereka yang engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Kabulkanlah permohonan kami,ya Allah!
Sesudah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua pada solat wajib, kita disunnatkan membaca surah-surah atau ayat yang lain. Pada rakaat selanjutnya yaitu ketiga dan/atau keempat, kita hanya diwajibkan membaca Al Fatihah saja, sedangkan pembacaan surah atau ayat lainnya tidak diwajibkan. Surah-surah atau ayat-ayat Al Quran yang diinginkan dapat saja kita pilih diantara sekian banyak surah dari Al Quran. Sebaiknya usahakanlah tetap membaca surah atau beberapa ayat Al Quran sesudah al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua (pada solat wajib) misalnya:

Wal ashri innal insaana lafii khusrin illaladziina 'aamanu wa'amilus shaalihaati watawaashaw bil haqqi watawaashaw bis shabri (QS)

"Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh serta mereka yang berwasiat pada jalan kebenaran dan mereka yang berwasiat pada ketabahan."


--------------------------------------------------------------------------------

Ruku

Di dalam ruku membaca :

1. Subhaana rabbiyal azhim (3x) ("Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung")

atau

2. Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika allaahummaghfirlii ("Maha suci Engkau ya Allah, ya Tuhan Kami, dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah aku")

*Boleh dipilih salah satu di antara kedua do'a tersebut.


--------------------------------------------------------------------------------

I'tidal

I'tidal atau bangun dari ruku seraya mengangkat kedua tangan membaca:

Sami'allaahu liman hamidah. Rabaanaa walakal hamdu. (Maha mendengar Allah akan pujian orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, untuk-Mu lah segala puji.")

Bagi orang yang telah lancar bacaannya, maka pujian bangun dari ruku dapat diperpanjang dengan:

"Mil-ussamaawaati wa mil ul ardhi wa mil-umaa syi'ta min sya-in ba'du" (Untuk-Mu lah segala puji sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki.)


--------------------------------------------------------------------------------

Sujud Pertama

Bacaan dalam sujud:

Subhaana rabbiyal a'la (3x) (Mahasuci Tuhanku Yang Maha Tinggi_

Atau boleh juga membaca pujian seperti pujian No. 2 dalam ruku yaitu:

Subhaanakallaahumma rabbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii (Mahasuci Engkau ya Allah, ya Tuhan kami, dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah aku)


--------------------------------------------------------------------------------

Duduk Diantara Dua Sujud

Ketika duduk diantara dua sujud membaca:

Allaahummaghfirlii, warhamnii, wajburnii, wahdinii, warzuqnii (Ya Allah, ampunilah hamba, kasihanilah hamba, cukupilah hamba, tunjukilah hamba, dan berilah hamba rizki.)

Atau boleh juga membaca:

Rabbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'afinii, wa'fu'annii. (Wahai Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupilah aku, angkatlah derajatku, ber rizqilah aku, tunjukilah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah segala kesalahanku.)

[ kembali ke atas ]


--------------------------------------------------------------------------------

Sujud Kedua

Bacaan dalam sujud kedua, sama dengan bacaan dalam sujud pertama yaitu:

Subhaana rabbiyal a'la (3x)(Mahasuci Tuhanku yang Maha Tinggi)

Bacaan-bacaan dalam ruku, i'tidal, sujud, dan ketika duduk diantara dua sujud dalam solat, semuanya sunat (tidak wajib) yang amat dianjurkan.


--------------------------------------------------------------------------------

Berdiri Pada Rakaat Kedua

Sikap berdiri pada rakaat kedua sama dengan sikap berdiri pada rakaat pertama, yaitu dengan bersedekap tangan ke dada, yang kanan di atas yang kiri.

Mulai dengan membaca ta'awwudz:

A'uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim (Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan syaithan yang terkutuk.)

Kemudian diteruskan dengan membaca surah Al-Fatihah.

Sesudah membaca Al-Fatihah, kembali pada rakaat kedua ini dianjurkan untuk membaca pula satu surah atau beberapa surah atau ayat-ayat suci Al Quran. Kemudian kembali melakukan ruku.


--------------------------------------------------------------------------------

Ruku di Rakaat Kedua

Sikap dan bacaan ruku di rakaat kedua ini sama dengan sikap dan bacaan pada ruku di rakaat pertama.


--------------------------------------------------------------------------------

Bangun dari Ruku

Sama dengan I'tidal pada rakaat pertama, bangkit serta mengangkat kedua tangan seraya membaca do'a i'tidal.


--------------------------------------------------------------------------------

Sujud Pertama pada Rakaat Kedua

Bacaan di dalam sujud ini sama dengan bacaan pada sujud di rakaat pertama.


--------------------------------------------------------------------------------

Duduk Diantara Dua Sujud

Bacaan doa ketika duduk diantara dua sujud pada rakaat kedua sama dengan bacaan pada rakaat pertama.


--------------------------------------------------------------------------------

Sujud Kedua Pada Rakaat Kedua

Sikap dan bacaan pada sujud kedua pada rakaat kedua sama juga dengan sikap dan bacaan pada sujud-sujud sebelumnya.


--------------------------------------------------------------------------------

Duduk Tahiyyat

Sikap duduk pada tahiyyat pertama (Tawarruk, keadaannya sama ketika duduk antara dua sujud menduduki kaki kiri, sedang kaki kanan tegak dengan jarijari kaki menghadap kiblat). Lain dengan sikap duduk pada tahiyyat kedua atau tahiyyat akhir (ifti-rasy, kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki menghadap ke arah kiblat).

Bacaan ketika tahiyyat ialah:

At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu waththayibaatu

Semoga kehormatan untuk Allah, begitu pula segala do'a dan semua yang baik-baik.

Assalaamu'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh

Salam sejahtera untukmu wahai para Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya.

Assalaamu'alainaa wa'ala ibaadillahis shaalihiin

Salam sejahtera untuk kami dan untuk para hamba Allah yang saleh

Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluh

Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya

Contoh di atas adalah praktek solat subuh 2 rakaat. Bila Anda solat Maghrib 3 rakaat, maka bacaan tahiyyat pertama rakaat kedua cukup samapai pada "Allaahumma shalli 'alaa Muhammad" dan akhir rakaat ketiga bacaan tahiyyat dibaca dengan sempurna samapi "hamiidun majiid". Setelah itu memberi salam.

Bila anda solat 4 rakaat, yaitu Zohur, Ashar, atau Isya, maka akhir rakaat kedua persis sama dengan akhir rakaat kedua solat Maghrib. Pada akhir rakaat ketiga, tak ada tahiyyat, dan pada akhir rakaat keempat barulah anda sempurnakan bacaan tahiyyat hingga "hamiidun majiid", lalu memberi salam sebagai akhir dari shalat.

Allaahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'alaa aali Muhammadin, kamaa shallaita 'alaa Ibraahim wa'alaa aali Ibrahim, wa baarik 'alaa Muhammadin, kama baarakta 'alaa Ibrahiima wa'alaa aali Ibraahima, fil 'aalamiina innaka hamiidun majiid.

Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.


--------------------------------------------------------------------------------

Memberi Salam

Menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai tahiyyat, anda memberi salam dengan membaca:

Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh (Salam sejahtera untukmu, rahmat Allah dan berkat-Nya.)

Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

Perhatian:

Ketika membaca tasyahhud (asyhadu..) dalam tahiyyat, telunjuk kanan digerakkan ke atas bagai meyakinkan bahawa Allah itu hanya Esa.

Solat Jama & Qasar


Solat Jama

Yang dimaksud dengan solat Jama adalah penggabungan dua waktu solat dan dikerjakan dalam satu waktu, misalnya solat Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya.

Bila solat Zuhur dikerjakan bersama-sama dengan Ashar di waktu Ashar, maka dinamakan Jama Ta'khir. Sebaliknya bila solat Ashar dikerjakan bersama-sama dengan Zuhur di waktu Zuhur disebut Jama Taqdin. Demikian juga bila solat Maghrib dan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Maghrib, ia disebut Jama Taqdim, sebaliknya solat Maghrib dengan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Isya, ia dinamakan Jama Ta'khir.

Zuhur, Ashar, Isya dan Maghrib, rakaatnya tetap, 4,4,4, dan 3. Dalam solat Jama' baik yang taqdim maupun takhir, maka solat yang didahulukan mengerjakannya adalah solat yang lebih dulu waktunya. Jadi, bila selesai dengan shalat Zuhur, harus dilanjutkan dengan solat Ashar; begitu pula dengan solat Maghrib dan Isya.

Solat Jama boleh dikerjakan oleh orang-orang yang:
Kerana dalam perjalanan atau musafir, iaitu sejak ia berangkat hingga kembali ke kampung
Kerana sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang betul-betul sulit ditinggalkan.
Ataupun sebab-sebab lain yang seseorang tidak mampu menunaikan solat tersebut tepat pada waktunya.
Harus ada niat dalam hati bahawa ia mengerjakan solat Jama'.

Shalat Qasar

Yang dimaksud dengan solat Qashar ialah mengerjakan solat yang empat rakaat menjadi 2 rakaat sahaja, yakni solat Zhuhur, Ashar, dan Isya. Dalam Al Quran disebutkan:

"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu". (An Nisa 101).

Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dari Yahya bin Mazid r.a. katanya:

"Saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya: Rasulullah s.a.w. "Apabila ia berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka beliau solat dua rakaat"


Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Umar r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w. :"Apakah halnya kita, sedangkan kita telah aman".

Rasulullah s.a.w. menjawab: "Itu adalah sadakah yang diberikan Allah s.w.t. kepada kamu, maka terimalah sedekahnya itu" (HR Ja'la bin Umayyah)

Solat Qashar boleh dikerjakan oleh seseorang yang tengah berpergian (musafir) baik dalam keadaan aman, maupun dalam keadaan ketakutan; baik perjalanan wajib atau biasa, asalkan perjalanan yang bukan maksiat. Dalam perjalanan Haji, menuntut ilmu, berdagang, mengunjungi sahabat dan lain-lain, halal untuk
mengqasharkan solat.

Adapun solat qashar saja, maupun qasahar dan jama' yang dilakukan seseorang selama masa perjalanan, maka setelah ia tiba dirumah kembali, solatnya tidak perlu diulangi.

Seorang musafir, boleh mengerjakan jama' dan qashar sekaligus. Bila ingin mengerjakan jama, dan qashar, jika ingin azan, maka azannya cukup satu kali saja dan iqamahnya dua kali. Caranya, mula-mula azan, lalu iqamah dan solat. Bila telah selesai ia iqamah sekali lagi untuk solat berikutnya. Solat qashar adalah
bagian dari ketetapan agama Islam.

Boleh jama' di dalam negeri

"Telah berkata Ibnu Abbas: Rasulullah s.a.w. pernah sembahyang jama' antara Zuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan di dalam pelayaran (safa). Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: "Mengapa Rasulullah s.a.w. berbuat begitu? Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w. berbuat begitu kerana tidak mahu memberatkan seorangpun daripada umatnya". (HR Imam Muslim)

Boleh Seketika, Tetapi Bukan Leluasa

Bila anda berpergian sebelum tergelincir matahari (yaitu sebelum Zuhur dan ternyata Zuhur tidak dapat dikerjakan pada waktunya kerana ada kerumitan atau halangan yang susah dielakkan), maka Zuhur dapat dikerjakan pada waktu Ashar, bersama-sama dengan solat Ashar. Bila anda keluar sesudah tergelincir matahari, yakni sudah dalam Zuhur, sedangkan anda sendiri memperkirakan tidak mungkin ada kesempatan untuk mengerjakan solat Ashar tepat pada waktunya, maka Ashar dapat anda kerjakan bersama-sama solat Zuhur di waktu Zuhur itu juga, demikian halnya dengan solat Maghrib dan Isya.

Yang Penting Niat

Bagi seorang yang betul-betul sibuk dengan tugas yang tidak dapat ditinggalkan (atau bila ditinggalkan dapat merosak), maka baginya ada keizinan/keringanan untuk mengerjakan solat jama' (Zuhur dengan Ashar di waktu Zuhur atau Zuhur dengan Ashar di waktu Ashar. Begitu juga Maghrib dengan Isya, sekali pun ia berada di dalam kota atau negeri. Tetapi, cara yang demikian bukanlah untuk dijadikan kebiasaan, namun dibenarkan bagi yang memang memerlukan, baik dalam solat atau diluar solat.

Pada waktu sujud dianjurkan membaca:

Sajada wajhiya lilladzii khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu bihawlihi waquwwatihi. (Aku bersujud kepada Allah yang menciptakannya, memberikan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya)

Catatan:

Bila diluar solat, pembacaan ayat yang ditentukan melakukan sujud tilawah, maka pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila mereka tidak ikut bersujud, maka tidak akan berdosa.

Bila dalam solat jamaah, Imam bersujud tilawah, maka makmum wajib ikut bersujud, bila makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukannya sebagai anggota solat berjamaah.

Solat Berjamaah


Solat berjamaah adalah solat yang dilakukan secara bersama, dipimpin oleh yang ditunjuk sebagai imamnya. Solat-solat yang bisa dikerjakan berjamaah adalah:

Solat Lima Waktu: Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya
Solat Jum'at
Solat Tarawih
Solat Ied Fitri dan 'Idul Adha
Solat Jenazah
Solat Istisqa (Minta Hujan)
Solat Gerhana Bulan dan Matahari
Solat Witir
Cara Melakukan

Berniat dalam hati bahawa ia menjadi makmum atau iman. Adapun seseorang yang pada mulanya solat sendirian, kemudian ada orang lain yang mengikuti di belakangnya, baginya tidak dituntut sebagai imam.

Makmum tidak dibenarkan mendahului imam, baik tempat berdirinya maupun gerakannya selama solat berjama'ah berlangsung. Makmum diharuskan mengikuti sikap/gerak imam, tidak boleh terlambat apa lagi sampai tertinggal hingga dua rukun solat.

Apabila makmum menyalahi gerakan imam (sengaja tidak mengikutinya) maka putuslah arti jama'ah baginya; dan ia disebut mufarriq.

Antara imam dan makmum harus berada dalam satu tempat yang tidak terputus oleh sungai atau tembok mati kerana itu berjamaah melalui radio atau seumpamanya dalam jarak jauh, tidak memenuhi syarat berjamaah.

Imam hendaklah orang yang berdiri sendiri, bukan orang yang sedang makmum kepada orang lain. Selain itu, imam hendaklah seorang laki-laki. Perempuan hanya dibenarkan menjadi imam sesama perempuan dan anak-anak.

Solat berjamaah hukumnya sunnah muakkad yaitu sunnat yang sangat dianjurkan. Perbedaan nilai solat berjamaah, 27 kali lebih baik daripada solat sendirian (munfarid). Solat berjamaah paling sedikit adalah adanya seorang imam dan seorang makmum.

Bila seseorang terlambat mengikuti solat berjamaah, hendaklah ia segera melakukan takbiratul ihram, lalu berbuat mengikuti imam sebagaimana adanya. Bila imam sedang duduk, hendaklah ia duduk, bila iamam sedang sujud iapun harus sujud; demikian seterusnya. Apabila imam sudah memberi salam, hendaklah ia bangun kembali untuk menambah kekurangan raka'at yang tertinggal dan kerjakanlah hingga raka'atnya memenuhi.

Ukuran satu rakaat solat ialah ruku'. Bila seseorang mendapatkan imam ruku dan dapat mengikutinya dengan baik, maka ia mendapatkan satu rakaat bersama imam.

Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila seseorang di antara kamu mendatangi shalat, padahal imam sedang berada daam suatu sikap tertentu, maka hendaklah ia berbuat seperti apa yang sedang dilakukan oleh imam". (HR Turmudzi dan Ali r.a. )

Hikmah Berjamaah

Solat berjamah mengandung faedah dan manfaat yang bervariasi sesuai dengan kepentingan umat dan zaman. Melalui jamaah, silaturahmi antar umat, disiplin, dan berita-berita kebajikan dapan dikembangkan dan disebarkan luaskan.

Rasulullah s a.w. bersabda: Solat berjamaah itu lebih utama nilainya dari solat sendirian, sebanyak dua puluh tujuh derajat" (HR Bukhari dan Muslim).

Imam (Ikutan)

Imam adalah ikutan, demikian pengertiannya. Untuk menjadi seorang imam diperlukan beberapa persyaratan yang mengikat. Misalnya memiliki usia yang lebih tua atau dituakan, memiliki pengetahuan tentang Al Quran dan hadits Rasulullah s a.w., memiliki keindahan bacaan dengan ucapan yang fasih (kalau di zaman Rasulullah s a.w., peribadi-peribadi yang lebih dahulu hijrah diperhatikan untuk menjadi imam.

Kerana imam adalah ikutan, maka pemilihan pribadi amat diperhatikan. Pro dan kontra yang berlebihan atas seseorang imam kerana dosa besarnya yang menonjol, pasti akan membubarkan jamaah. Adapun dalam kesalahan umum, maka semua manusia tidak suci dari dosa. Seorang yang biasa menjadi imam, maka tidak ada salahnya untuk sewaktu-waktu ia berada di belakang imam yang lain. Walau dia sendiri mungkin lebih baik dari imam yang bersangkutan.

"Dari Abdullah bin Masud, dia berkata: Rasulullah s a.w. bersabda: "Menjadi Imam dari suatu kaum ialah mana yang lebih baik bacaan Al Qur'annya. Bila semuanya sama bagusnya, hendaklah imamkan mana yang paling alim (banyak tahu) akan sunnah Rasul. Kalau semuanya sama alim tentang sunnah Rasul, maka dahulukan mereka yang lebih dulu hijrah. Kalau mereka sama dahulu hijrah, maka iammkanlah mereka yang lebih tua usianya" (HR Imam Ahmad dan Muslim, dari Abdullah bin Mas'ud).

"Kalau mereka ada bertiga, hendaklah diimamkan seorang. Yang lebih berhak menjadi imam ialah yang lebih banyak bacan (tahu tentang bacaan Al Qur'annya)". (HR Imam Muslim, Ahmad dan Nasa'i dengan sumber Abi Said Al-Khudry).

"Tidaklah halal bagi seorang mukmin yang imam kepada Allah s.w.t. dan hari akhir yang mengimami sesuatu kaum kecuali atas izin kaum itu. Dan janganlah ia mengkhususkan satu do'a untuk dirinya sendiri dengan meninggalkan mereka. Kalau ia berbuat demikian, berkhianatlah ia kepada mereka". (HR Abu Daud dari Abu Hurairah)

Keadaan Shaf

Solat salah satu ibadah yang menghubungkan peribadi kepada Allah s.w.t., dan juga mengatur hubungan sesama manusia. Solat yang baik mendatangkan tamsil yang indah dan berguna.

Shaf yang baik akan menghemat tempat, merapikan barisan dan kesatuan jamaah serta mendatangkan nilai tambah bagi ibadah itu sendiri, bahkan menjadi cermin disiplin kehidupan dan pergaulan.

Rasulullah s a.w. bersabda: "Aturlah shaf-shaf kamu dan dapatkanlah jarak antaranya, ratakanlah dengan tengkuk-tengkuk". (HR Imam Abu Dawud dan An Nasa'i disahihkan Ibnu Hibban dari Anan).

Sering orang mengira bahawa shaf yang baik adalah shaf yang dilakukan secara santai-lapang. Tidaklah demikian sebenarnya.

Untuk Shaf yang Baru

Bila shaf terisi penuh, maka mulailah dengan shaf yang baru dari arah sebelah kanan. Bila yang terbelakang hanya seorang diri, maka usahakanlah ia dapat masuk shaf yang sudah ada; atau tariklah seorang anggota shaf yang ada untuk menemaninya (yang ditarik pasti mahu, andaikan ia mengerti tata tertibnya).

Shaf Kaum Wanita

Shaf kaum wanita sebaiknya terletak di belakang shaf kaum lelaki, sementara shaf anak-anak berada di tengah; demikian bila dimungkinkan. Bila tidak, shaf makmum lelaki dan wanita bisa diatur secara sejajar; atau mungkin tercampur sama sekali, bagaikan jamaah musim haji di masjidil Haram, Makkah. Shaf yang bercampur baur sebenarnya kurang baik, bahkan mudah mengandung fitnah; sementara solat itu sendiri mencegah kekejian dan kemungkaran, yang akan mendatangkan fitnah, apalagi jika melakukan solat.

Rasulullah s a.w. bersabda: "Sebaik-bauknya shaf kaum lelaki itu di depan, dan seburuk-buruknya ialah di bagian belakangnya, dan sebaik-baiknya shaf kaum wanita itu ialah pada bagian akhirnya dan sejelek-jeleknya ialah di bagian depannya". (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah).

Pengganti Imam

Bila solat berjamaah, sebaiknya orang yang di belakang imam adalah mereka yang merasa dirinya siap sebagai pengganti, bila tiba-tiba imam mendapat halangan, umpamanya batal, jatuh sakit, lupa ingatan, terlupa rukun dan sebagainya. Apabila seseorang solat di sebuah masjid di luar asuhan atau daerahnya sendiri, maka dia tidak boleh langsung bertindak menjadi imam, kecuali bila diminta. Mungkin saja disana sudah ada jadwal imam tetap. Begitu pula bila ia bertamu, kerana yang paling hak menjadi imam adalah tuan rumah sendiri, kecuali bila ia diminta.

Imam Yang Arif

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s a.w. bersabda: "Manakala seseorang di antara kamu solat bersama-sama orang banyak, maka hendaklah ia meringankan (memendekkan) bacaan surat atau ayat-ayatnya. Mungkin ada diantara jamaah yang tidak tahan lama berdiri, ada yang sakit, atau ada yang sudah tua. Dan manakala seseorang dari kamu itu solat sendirian, maka silakan ia memanjangkan bacaan sekehendaknya". (HR Bukhari dan Muslim).

Khutbah dipendekkan dan solat diperpanjang, demikian petunjuk Rasulullah s a.w. Di pejabat, pekerja dibatasi oleh waktu, maka khutbah yang pendek sangat tepat dan bermanfaat. Khutbah yang seakan-akan cerita bersambung, membosankan, akhirnya jama'ah berbual dan mengantuk.

Ringkasan

Kalau solat di rumah, maka tuan rumah lebih berhak menjadi imam, kecuali tuan rumah mempersilakannya.
Orang yang bagus bacaan Al-Qurannya lebih diutamakan untuk menjadi imam.
Bila solat telah berlangsung, mereka yang datang belakangan terus saja mengikuti imam yang sudah ada.
Imam sedapatnya orang yang lebih disukai makmum, kerana iman itu dipilih untuk diikuti.
Imam sahabat rawatib, sebaiknya oleh imam yang biasa ditetapkan, kecuali ada kesepakatan menunjuk orang lain sebagai imam.
Imam yang fasih lebih utama, sebagai halnya seorang yang dituakan, baginya amat layak menjadi imam dalam solat.
Imam itu bertanggung jawab atas makmumnya, kerana itu seorang imam harus tahu benar dengan kedudukannya.
Orang makmum yang tepat berada di belakang imam, hendaklah seorang yang amat tahu dalam masalah ibadah yang sedang dilakukan. Mereka harus bertindak tepat pada saat imam batal, salah, lupa dan sebagainya. Bila perlu ia berhak menggatikan imam, sekalipun imam berkebaratan atau tidak tahu tentang kesalahannya.
Seorang di belakang imam berlaku sebagai barometer, berhak meluruskan baris atau shaf di kanan dan kirinya.
Apabila selesai solat, imam segera duduk mengarah ke jamaah. Sebaiknya imam berdzikir secara pelan dan kusyu, dan jamaahpun berdzikir atau berdoa sesuai kata hatinya; demikian yang terbaik.
Bila imam berdoa, diaminkan atau tidak diaminkan, doa imam sudah membawa kepentingan jamaahnya.

Solat Sunnat Istikharah


Solat ini dilakukan untuk mendapatkan petunjuk, terutama bila seseorang dalam keraguan memutuskan mana yang terbaik diantara dua perkara yang diragukan.

Sebelum seseorang mengambil keputusan ia dianjurkan solat istikharah dua rakaat. Setelah selesai shalat, berdoa seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:
Allaahumma inni astakhiiruka bi'ilmika , wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadhlikal azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wata'lamu wa laa a'lamu, wa anta allaamul ghuyuub.

Allaahumma inkunta ta'lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wama'aasyii wa 'aaqibati amrii, 'aajili amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarikliifiihi. Wa inkunta ta'lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma'aasyii wa 'aaqibatu amrii 'aajili amrii wa aajilihi fashrif annii washrifni 'anhu waqdur liyal khairahaytsu kaana tsumma ardhinii bihi, innaka 'alaa kulli syai-in qadiir

"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pilihan-Mu dengan ilmu-Mu, dan aku mohon kepastian kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, Engakau Maha Tahu dan Maha Mengetahui segala yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui urusan ini baik bagiku, untuk agamaku, untuk penghidupanku dan akhir kesudahannya kelak, maka takdirkanlah dia bagiku dan mudahkanlah dia bagiku, kemudian berilah dia berkah bagiku.
Dan apabila Engkau mengetahui pekerjaan itu buruk bagiku, untuk agamaku, untuk penghidupanku dan akhir kesudahannya kelak, maka singkirkanlah dia daripadaku dan hindarkanlah aku daripadanya. Takdirkanlah hal-hal yang baik bagiku dimana kebajikan itu berada, kemudian berilah aku menyenanginya"

Tata Cara Shalat Istikharah

Tata cara solat istikharah sama dengan solat subuh, Hanya niatnya saja yang berlainan, yaitu berniat solat istikharah. Bila mungkin laksanakan sesudah lewat tengah malam, setelah bangun tidur. Solat ini sangat peribadi sifatnya. Sebab itu harus dikerjakan sendirian. Solat ini tidak memakai azan atau iqamah.

Dalam berdoa sebaiknya menyebutkan permintaan yang ingin diberikan petunjuk oleh Allah s.w.t. misalnya: "Ya Allah, jika Engkau mengetahui urusan ini....(sebutkan namanya)"

Solat-solat Sunnat Lainnya


Solat Safar

Apabila seseorang hendak berpergian, sebelum meninggalkan rumah, ia dianjurkan mengerjakan solat safar dua rakaat; demikian pula sesudah tiba di rumah kembali.

Caranya sama dengan mengerjakan solat subuh, hanya niatnya berlainan, yaitu berniat solat safar sunnat kerana Allah s.w.t.. Selesai solat berdoalah agar perjalanan diridhai, dimudahkan dan diselamatkan Allah s.w.t. dalam perjalanan, baik pribadi, tugas maupun keluarga yang ditinggalkan.

Solat Tahiyatul Masjid

Bila seseorang masuk ke masjid, maka sebelum ia duduk atau melakukan sesuatu yang lain, lebih dulu dianjurkan mendirikan solat tahiyatul masjid (menghormati masjid) sebanyak dua rakaat. Caranya sama dengan solat sunnat yang lain, hanya niatnya saja yang berbeda.

Solat Dhuha

Solat Dhuha dilakukan pagi hari antara jam 6.30 hingga jam 11.00 . Bilangan rakaatnya sekurang-kurangnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya 8 rakaat. Caranya setiap dua rakaat, satu salam.

Solat Thuhur

Solat ini dikerjakan sesudah mengambil air wudhu. Kalau di masjid, sebaiknya dilakukan sesudah solat tahiyatul masjid. Caranya seperti mengerjakan solat sunnat yang lainnya.

Solat Intizhar

Solat Intizhar (solat menunggu atau sunat Mutlaq) dapat dikerjakan pada setiap saat; terlepas dari keterikatan seperti solat sunnat yang lain. Pada hari Jum'at menjelang khatib naik mimbar, atau pada kesempatan yang hampir serupa. Solat Intizhar tidak boleh dikerjakan lagi bila khatib sudah naik mimbar. Caranya seperti mengerjakan solat subuh juga, setiap dua rakaat satu kali salam. Boleh dikerjakan satu kali atau lebih.

Solat Syukur

Solat ini biasanya dikerjakan apabila setelah berhasil menaklukkan musuh, mengerjakan pekerjaan besar, memperoleh keuntungan besar, seperti lulus ujian dan sebagainya. Bilangan rakatnya boleh 2, 4, 6 atau 8 dan dikerjakan terus menerus dengan hanya satu kali salam pada rakaat terakhir.

Solat Sunnat Jum'at

Selesai solat Jum'at, kita dianjurkan melakukan solat empat rakaat atau dua rakaat, dengan niat solat sunat Jum'at.

Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila anda sudah selesai solat Jum'at maka hendaklah kamu solat sesudahnya empat rakaat" (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah)

Dalam hadits lain juga disabdakan:

"Bahwa Rasulullah s a.w. tidak mengerjakan solat sunnat sesudah Jum'at sehingga ia pulang ke rumahnya, maka beliau solat dua rakaat dirumahnya". (Hr Imam Muslim dan Ibnu Umar r.a.)
Solat Sunnat Istisqa (Minta Hujan)
Pada musim kemarau panjang, kita dianjurkan melakukan solat Istisqa (solat minta hujan). Seluruh anggota masyarakat, lelaki dan wanita, tua muda, anak-anak, dan orang tua lemah pun kalau perlu didukung dan diikutsertakan; berkumpul di satu kawasan lapang, semua berpakaian yang biasa dipakai kerja. Jama'ah dengan rendah hati, khusyu, dan bersungguh-sungguh mengharap ridha Allah s.w.t.

Khatib naik mimbar atau berdiri di tempat ketinggian, lalu memulai berkhutbah dengan puji-pujian kepada Allah s.w.t., dua kalimah syahadah dan shalawat kepada Rasulullah s a.w.. Kandungan khutbah mengajak umat bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah s.w.t, lalu mengajukan permohonan kepada-Nya, semoga Dia menurunkan hujan. Sebaiknya beberapa hari menjelang solat istisqa dilakukan, pemuka umat sudah berbuat menasihati, menginsyafkan umat serta berpuasa bersama-sama selama empat hari berturut-turut dan mengajak berlumba-lumba membuat kebajikan.

Doa meminta hujan:


Alhamdulillahi rabbil aalamiim. Arrahmaanirrahiim.
Maalikiyaumiddiin. Laailaaha illallaahu ya'alu maa yuriid. Allaahumma antallaahu laa ilaahaa illallaahu antal ghaniiyyu wa nahnul fuqaraa-u anzil alainal ghaytsa waj al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaaghan ilaahiin.

"Segala puji bagi Alah, pemelihara alam semesta. Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan yang memiliki hari pembalasan. Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah berwenang berbuat sekehendak-Nya.

Ya Allah, Engkaulah Tuhan, Tiada Tuhan selain Engkau yang Maha Kaya, dan kami berhajat kepada Engkau. Curahkanlah hujan kepada kami, dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan itu menjadi kekuatan bagi kami hingga masa-masa selanjutnya".

Lalu khatib menadahkan kedua tangannya ke langit seraya membalikkan diri, membelakangi jama'ah dan menghadap kearah kiblat, dengan segala kerendahan hati ia memohon kepada Allah s.w.t., sementara jamaah mengaminkannya. Kemudian khatib menghadap kembali kepada orang banyak, lalu turun dari mimbar untuk melakukan solat dua rakaat dengan para jamaah. Solat ini tidak memerlukan azan dan iqamah. Sebaiknya sesudah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama, imam membaca surat Al A'la dan sesudah Al Fatihah pada rakaat kedua, imam membaca surah Al Ghasyiyah.

Shalat Sunnat Rawatib


Solat sunnat rawatib biasa juga disebut sunnat Qabliyah dan sunnat Ba'diyah. Dinamakan demikian kerana solat sunnat ini dilaksanakan sebelum dan sesudah solat wajib yang lima waktu, ia merupakan pendamping atau pelengkap bagi solat yang bersangkutan.

Sebelum Zuhur kita dianjurkan (disunnatkan) mengerjakan solat Qabliyah dua rakaat. Bila mungkin dan cukup waktu kerjakan dua rakaat lagi. Setelah selesai solat Zuhur, dianjurkan pula mengerjakan solat Ba'diyahnya dua rakaat, bila mungkin, kerjakan dua rakaat lagi. Jadi sunat rawatib bagi solat Zuhur; Qabliyah 2+2 dan Ba'diyah 2+2 rakaat.

Adapun solat sunnat rawatib bagi shalat Ashar, Qabliyah (sebelum Ashar) empat rakaat, sekurang-kurangnya dua rakaat (untuk Ashar tidak ada rawatib Ba'diyahnya). Untuk solat Maghrib kita boleh melakukan solat sunnat Rawatib Ba'diyah sebanyak dua rakaat (Maghrib tidak ada Rawatib Qabliyahnya).

Untuk Isya, dua rakaat Qabliyah dan dua rakaat Ba'diyah. Adapun untuk solat Shubuh, hanya ada dua rakaat sebelumnya (Qabliyah).
Cara mengerjakan solat sunnat rawatib ini sama halnya dengan cara mengerjakan solat Subuh, hanya niatnya yang berbeda. Untuk solat rawatib Zuhur, berniat mengerjakan solat sunnat rawatib Qabliyah atau Ba'diyah dan dikerjakan dengan cara sendiri-sendiri (Munfarid, tidak berjamaah).

Solat Sunnat Tahajjud dan Witir


Solat Tahajjud ialah solat malam, atau biasa disebut Shalatul Lail. Waktunya lewat tengah malam, dan sebaiknya dikerjakan setelah tidur terlebih dahulu. Bilangan rakaatnya sebelas rakaat; yakni 8 rakaat + 3 rakaat sunnat witir.
Tahajjud dapat dikerjakan 2x4 rakaat, yaitu setiap 4 rakaat 1 salam, lalu ditambah dengan witir 3 rakaat 1 salam.
Atau dengan cara 4x2 rakaat, yaitu setiap 2 rakaat 1 salam, lalu ditambah dengan 3 rakaat witir 1 kali salam.
Ayat-ayat yang dibaca sesudah Al Fatihah boleh dipilih sendiri. Biasanya ayat-ayat yang dipahami maknanya akan lebih berkesan dan mudah dihafal. Bagi yang belum hafal, dapat membaca pada rakaat pertama surat Al Ashar serta Al Kautsar; atau ayat-ayat pendek lainnya.

Melalui solat malam, seseorang dapat meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah s.w.t..

Firman Allah s.w.t.:

"Dan pada sebagian malam tahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji". (Al Isra : 79).

Solat Witir

Witir artinya ganjil. Dinamakan Solat Witir, kerana bilangan rakaatnya yang selalu ganjil; yaitu boleh 1 rakaat, 3, 5, 7, 9 atau 11 rakaat. Boleh dikerjakan dua-dua, terakhir 3 rakaat 1 tahiyyat 1 salam.

Solat witir dilakukan setelah solat Isya hingga menjelang fajar (shubuh). Ia dapat dikerjakan sebagai pelengkap solat Tahajjud atau solat Tarawih; ia layaknya sebagai penutup segala solat yang dilakukan hingga menjelang Subuh. Misalnya seseorang yang memperkirakan peribadinya tak akan terbangun mengerjakan solat Tahajjud lagi, maka ia dapat mengerjakan solat witir langsung sesudah mengerjakan solat Isya. Pada setiap rakaat solat witir, selain membaca Al Fatihah kita dapat pula memilih beberapa ayat atau salah satu dari Al Quran.

Solat Tarawih
Solat Tarawih dalam bulan Ramadhan ialah solat Tahajjud atau shalatul lail yang dilakukan pada malam-malam bulan lainnya. Sesudah membaca Al Fatihah pada setiap rakaat, lalu membaca ayat-ayat atau surah dari Al Quran . Bilangan rakaat shalat Tarawih sesuai sunnah Rasulullah s a.w. ialah 11 rakaat; terdiri dari 8 rakaat solat Tarawih dan 3 rakaat solat Witir. Sementara Umar bin Khatab r.a. mengerjakannya 20 rakaat dengan ditambah witir 3 rakaat. Solat tarawih termasuk sunnah muakkad, boleh dikerjakan dengan berjamaah boleh juga sendiri.

Menurut pendapat Al Ghazali, dalam bukunya "Rahasia-rahasia Shalat", walaupun dapat dikerjalan sendiri tanpa berjamaah, solat Tarawih yang dilakukan secara berjama'ah lebih afdhal, sama seperti pendapat Umar r.a., mengingat bahawa sebagian solat nawafil telah disyariatkan dalam jama'ah, maka yang ini pun pantas dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Sedangkan alasan kekhawatiran timbulnya riya bila berjamaah, atau pun kemalasan bila sendirian, sudah jelas menyimpnag dari tujuan keutamaan berkumpul dalam suatu jama'ah. Barangkali, orang yang berpegang pada alasan tersebut ingin berkata bahawa melakukan solat lebih baik daripada meninggalkannya kerana malas, dan bahawa kemalasan (bila sendirian) lebih baik daripada riya (jika solat jamaah). Demikian menurut Al Gazhali.

Cara Mengerjakan

2x4 rakaat + Witir, yaitu setiap 4 rakaat 1 kali salam, ditambah dengan witir 3 rakaat 1 kali salam.

4x2 rakaat + 3 rakaat witir, yaitu setiap 2 rakaat 1 kali salam, ditambah dengan witir 3 rakaat 1 kali salam.

Waktu solat Tarawih ialah sejak selesai solat Isya hingga terbit fajar
Solat Ied (Idul Fitri)
Islam memiliki dua hari raya iaitu Hari raya Fitri 1 Syawal dan Ied Adha 10 Dzulhijjah (Hari Raya Kurban atau Hari Raya Haji).

Cara mengerjakannya hampir sama dengan solat Jum'at yaitu dua rakaat. Bedanya, pada solat Ied, takbir awal pada rakaat pertama sebanyak 7 kali, dan takbir pada rakaat kedua sebanyak 5 kali, dan khutbah Ied dilakukan sesudah shalat.

Solat Ied & Idul Adha :

Sebaiknya dilakukan di lapangan terbuka
Disunatkan makan/minum sekedarnya menjelang pergi ke tempat solat. (Kebalikan dari Ied Adha: menahan makan sampai turun khatib dari khutbah)
Disunatkan pergi dan pulang dari solat Ied menempuh jalan yang berbeda
Tak ada solat sunnat yang mendahului atau yang mengiringi solat Ied.
Bagi mereka yang mengerjakan solat Ied di lapangan baginya tidak ada solat sunnat Tahiyatul Masjid.
Bacaan setiap sesudah takbir

Subhaanallaah wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar. ("Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah itu Maha Besar")

Sunnat memperbanyak lafaz takbir pada malam dan sepanjang Hari Raya Fitri. Pada Ied Adha, lafaz takbir hanya dikumandangkan pada malam dan paginya menjelang usai khutbah. Waktu-waktu berikutnya
dilakukan pada kesempatan solat fardhu termasuk pada hari-hari Tasyriq. Lafazh berbunyi:

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar allaahu akbar walillaahil hamd. Allahu akbar kabiira walhamdulillahi katsiira wa subhaanallaahi bukratan wa ashiila. Laa ilaaha illallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah. Laa ilaaha illallaahu walaa na'budu illa iyyaahu mukhlishiina lahuddiina walau karihal kaafiruun.

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah segala puji, Allah Maha Besar, Maha Agung, dan segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, dan Maha Suci Allah pagi dan petang, tidak ada Tuhan selain Allah sendiri saja, Maha Benar Janji-Nya, Maha Penolong akan hamba-Nya, dan menghalau pasukan-pasukan musuh sendiri-Nya saja. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya saja, mengikhlaskan agama bagi-Nya sekalipun tidak disukai orang-orang
kafir ".

Bagi mereka yang terlambat tiba di tempat solat dan mendapati imam sedang solat, ia jangan berbalik pulang, tetapi bergabunglah dan ikutilah, kemudian tambahilah sebanyak rakaat yang tertinggal.
Apabila mereka mendapati jamaah telah selesai solat, maka kerjakanlah solat Ied sebanyak dua rakaat; jangan ragu, jangan malu dan kerjakanlah hingga selesai. Bila selesai solat Ied duduklah dan dengarlah khutbah dengan khidmat.

Disunnatkan mendengar khutbah dengan khidmat dan jangan meninggalkan lapangan sebelum khatib turun dari mimbar, kecuali kerana hal-hal yang sangat memaksa. Bagi kaum wanita yang dalam keadaan haid, mereka dianjurkan ikut ke lapangan, ambil tempat di bagian pinggir, lalu mendengar khutbah, demi syiarnya Islam.

Bacaan setiap sesudah takbir berbunyi:

"Subhaanallaah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar" ("Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.")

Solat Sunnat Hajat


Solat hajat dilakukan untuk memperkuat cita-cita seseorang atau sekelompok orang. Solat hajat boleh dikerjakan siang maupun malam hari. Malam hari, waktu tengah malam, suasana lebih berkesan, lebih khusyu, sunyi dari segala hingar bingar kehidupan. Ia boleh juga dikerjakan siang hari, istimewa bagi seseorang yang memang sedang memerlukan bantuan .

Solat hajat boleh dikerjakan dua rakaat dan boleh pula lebih. Pada halaman ini akan ditampilkan solat hajat yang berjumlah 12 rakaat.

Tersebut dalam buku Tuhfatudz Dzaakirin karangan Imam Al Ghazali, bahwa Rasulullah s.a.w. menerangkan :
"Engkau solatlah dua belas rakaat siang atau malam, dan setiap dua rakaat bacalah Tasyahud (Tahiyat dengan dua kalimah syahadat). Ketika engkau duduk yang terakhir dalam solat itu panjatkanlah puja puji kepada Allah Ta'ala, lalau salawat kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan kemudian bacalah takbir lalu sujud. Di dalam sujud itu bacalah olehmu: Surah Al Fatihah 7 kali, Ayat Al Kursi 7 kali, Surah Al Ikhlas 7 kali, dan lanjutkanlah dengan tahlil 10 kali.

Lafazh tahlil tersebut ialah:

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa alaa kulli syai-in qadiir

"Tidak ada Tuhan selain Allah sendiri-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya lah kekuasaan dan miliknya segala puji. Dia yang menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya"

Setelah itu lanjutkan dengan membaca doa berikut ini:

Allaahumma innii as aluka bima aaqidil azzi min arsyika wa muntahar rahmati min kitaabika, wasmikal a'zhami, wajaddikal a'laa, wa kalimaatikat tammah.

"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kedudukan yang amat tinggi, rahmat serta anugerah yang tiada henti-hentinya dari ketentuan-Mu, dan dengan nama-Mu yang Maha Agung, dan kebesaran-Mu yang amat tinggi, serta firman-Mu yang Maha Sempurna.

Setelah selesai membaca doa, bermohonlah kehadirat-Nya segala sesuatu yang engkau kehendaki; baik kebajikan dunia maupun kebajikan akhirat.

Kemudian duduk kembali dan mengucapkan salam.

Solat Sunnat Gerhana


Kita mengenal gerhana matahari dan gerhana bulan. Zaman Rasulullah s.a.w., pernah terjadi gerhana matahari dan bertepatan dengan kematian putera beliau, Ibrahim. Masyarakat berkomentar dan menghubungkan gerhana tersebut dengan kematian putera tercinta Rasulullah s.a.w. Kerana pendapat yang keliru itu akan membawa kesyirikan, maka Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya matahari dan bulan itu kedua-duanya adalah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Tidaklah terjadi gerhana karena matinya seseorang dan tidak pula kerana lahirnya. Apabila kamu telah menyaksikannya maka berdoalah kepada Allah dan solatlah kamu hingga cuaca telah terang kembali."

Cara Solat Gerhana

Ada beberapa cara mengerjakan solat gerhana pengamalan zaman Nabi Muhammad s.a.w.:

1. Dikerjakan dengan 2 rakaat sebagaimana solat sunnat biasa

2. Dikerjakan 2 rakaat, yang pada setiap rakaat ruku'nya dilakukan dua kali, yaitu sesudah membaca Al Fatihah dan surah, lalu ruku. Bangun i'tidal, lalu membaca Al Fatihah dan surah lalu ruku yang kedua. Kemudian i'tidal lagi dengan tu'maninah barulah melakukan sujud yang pertama, duduk antara dua sujud, lalu sujud yang kedua, kemudian bangkit berdiri untuk rakaat yang kedua. Pada rakaat yang kedua ini, ruku dilakukan dua kali seperti pada rakaat yang pertama. Kemudian diakhiri dengan tahiyat.

Solat gerhana dapat dikerjakan secara berjamaah. Sebaiknya setelah solat dilakukan khutbah seperti pada solat hari raya. Isinya diarahkan kepada hal-hal yang bermanfaat, seperti anjuran taubat, sedekah, persatuan, amar ma'ruf nahi munkar; dan jangan lupakan keterangan tentang gerhana itu sendiri.

"Abdullah bin Amr bin Ash r.a. berkata; "Ketika terjadi gerhana di masa Nabi Muhammad s.a.w maka diserukan: "Ash-shalaatu jaami'ah (tegakkanlah solat berjamaah)". Kemudian (di dalam solat) Nabi Muhammad s.a.w. ruku dua kali dalam satu rakaat. Pada rakaat kedua Nabi Muhammad s.a.w ruku dua kali pula. Kemudian duduk dan selesai. Matahari sudah terang kembali. Siti Aisyah berkata: "Belum pernah saya sujud lama, seperti lamanya sujud solat gerhana itu". (Hr Bukhari dan Muslim).

3. Dikerjakan dengan dua rakaat, tetapi pada tipa-tiap rakaat dilakukan 3 kali ruku dan 2 kali sujud.

4. Dikerjakan 2 rakaat, tetapi tiap-tiap rakaatnya dilakukan 4 kali ruku dan 2 kali sujud.

Gerhana Penuh

Gerhana itu ada yang penuh , ada yang separuh, dan ada yang hanya sedikit saja. Untuk orang yang mengerti tentang susunan bintang atau ilmu falak, kejadian gerhana sangat mudah dipahami secara ilmiah dan iman.

Bacaan-bacaan Sesudah Solat


Perlu diketahui bahawa semua bacaan (dzikir dan do'a) sesudah solat, hukumnya adalah sunat yang dianjurkan (sunnat muakkad), bukan wajib.
Bacaan dzikir dan doa tersebut antara lain:

1. Astaghfirullaahal 'azhiim (3x)

Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung

2. Allaahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam

Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera, dan dari-Mu lah kesejahteraan, Maha Berkat Engkau ya Allah, yang memiliki kemegahan dan kemuliaan

3. Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu, wahuwa 'alaa kulli syain qadiir

Tidak ada Tuhan selain Allah saja, Dia Sendiri-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya lah kerajaan dan pujian dan Dia berkuasa atas segala-Nya.

4. Allaahumma laa maani'a limaa a'thaita walaa mu'thiya limaa mana 'ta walaa yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu

Ya Allah, tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi pemberian-Mu, dan tak ada pula sesuatu yang dapat memberi apa-apa yang Engkau larang, dan tak ada manfaat kekayaan bagi yang mempunyai, kebesaran bagi yang dimilikinya, kecuali kekayaan dan kebesaran yang datang bersama ridha-Mu

5. Membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil, yaitu:

Subhaanalaah (33x) "Maha Suci Allah"

Alhamdulillaah (33x) "Maha terpuji Allah"

Allaahu Akbar (33x) "Allah Maha Besar"

La ilaaha illallaahu wahdaahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syain qadiir (1x)

Tidak ada Tuhan selain Allah, sendiri-Nya; tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah kerajaan dan pujian. Dia Maha Kuasa atas segala-galanya.

6. Surah Al Ikhlas dan surah Al Mu'awwidzatain (yaitu surah Al Falaq dan An-Nas)

a. Surah Al Ikhlash:

Qul huwallaahu ahad ("Katakanlah : Allah itu Esa!")

Allaahush shamad ("Allah tempat meminta")

Lam yalid walam yualad ("Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan")

Wa lam yakun lahu kufuwan ahad ("Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya")

b. Surat Al Falaq

c. Surah An Nas

7. Ayatul Kursiy (Surah Al Baqarah 255)

Allaahu la ilaaha illa huwal hayyul Qayyum, la ta 'khudzuhu sinatun walaa naumun lahu maa fissamaawaati wama fil ardhi, man dzal ladziiyasy fa 'u 'indahu illaa biidznih, ya 'lamu maa baina aydiihim wa maa khalfahum, walaayuhiithuuna bisyai-in min'ilhimi illaa bimaa syaa-a, wasi'a kursiyuhus samaawaati wal ardhi, walaa yauuduhu hifzuhumaa wa huwal'aliyuul 'azhiim.

Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tertidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kerajaan Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Dzikir-dzikir tersebut di atas boleh biasa digunakan setelah melakukan sOlat fardhu, atau dipilih beberapa diantaranya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Atau, boleh juga dzikir-dzikir yang lain, asalkan sesuai dengan malan Rasulullah SAW.

8. Do'a-do'a Sesudah SOlat

a. Allaahumma innii as-alukal jannah, Allahumma ajirnii minannaar (7x)

(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon surga kepada-Mu, ya Allah, bebaskan aku dari siksa neraka.)

b. Allaahumma ashlih lii diiniyallati huwa 'ishamatu amrii, wa ashlih lii dunyayallatii ja'alta fiihaa ma'assyii

(Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang menjadi pegangan urusanku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang padanya Engkau jadikan penghidupanku.)

c. Allaahumma 'aafinii fii badanii, Allaahumma 'aafinii fii sam'ii, Allaahumma 'aafinii fii basharii, Allaahumma innii a'uudzu bika minal kufri wal faqri, Allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabil qabri, laa ilaaha illaa anta.

(Ya Allah, afiatkanlah badanku. Ya Allah, 'afiatkanlah pendengaranku. Ya Allah, 'afiatkanlah penglihatanku. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kekafiran dan kefakiran. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari siksa kubur, tidak ada Tuhan selain Engkau.)

d. Allaahumma inni a'uudzu bika minal bukhli, wa a'uudzu bika minal jubni, wa a'uudzu bika min an uradda ilaa ardzalil 'umur, wa a'uudzu bika min fitnatid dunya, wa a'uudzu bika min 'adzaa bil qabri.

(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan. Aku berlindung kepada-Mu dari seburuk-buruk usia. Aku berlindung kepada-Mu dari bencana dunia. Dan aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur.)

e. Allaahummaghfirli dzunuubii wa khathaayaayaa kullaahaa. Allaahumma 'isynii, wajburnii, wahdinii liahsanil a'maali wal akhlaaqi, innahu laa yahdi li ahsanihaa illa anta, washrif 'annii sayyi-ahaa innahu laa yashrifu sayyiahaa illa anta.

(Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kesalahanku. Ya Allah, segarkanlah badanku, cukupilah aku, dan tuntunlah aku sebaik-baik amal dan akhlak, sesungguhnya tidak ada yang dapat menuntun kepada yang terbaik melainkan hanya Engkau, dan hindarkanlah aku dari seburuk-buruk amal, kerana sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkanku dari seburuk-buruknya melainkan hanya Engkau.)

f. Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika

(Ya Allah yang membolak-balikkan hati, mantapkanlah hatiku dalam memeluk agama-Mu.)

Doa-doa di atas boleh dibaca semuanya sesudah solat, atau dipilih di antara doa yang disukai dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Boleh juga membaca doa-doa yang lain, tentunya doa yang terbaik ialah yang berasal dari Nabi Muhammad s.a.w. atau dari para Nabi Allah yang lain.

Bila ada keperluan dengan suatu hajat kepada Allah s.w.t. dan anda tidak mengerti doa aslinya, maka tidak ada salahnya berdoa dengan bahasa yang difahami sendiri.

Sebaiknya setiap berdoa jangan meninggalkan kesempatan buat mendoakan ibu dan bapa kita sebagai orang tua yang patut dihormati:

Rabbighfirlii wa liwaalidayyaa warhamnii warhamhumaakamaa rabbayaanii shaghiira.

(Oh Tuhan, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, kasihanilah aku dan sayangilah keduanya sebagaimana mereka mengasihiku diwaktu kecil.)

Dianjurkan pula memintakan ampun bagi para sahabat, kaum keluarga serta kaum muslimin dan muslimat, khususnya orang-orang yang pernah berbuat baik kepada kita.

Lebih lanjut, Nabi Muhammad s.a.w. menganjurkan supaya kita membaca doa sesudah tahiyyat, sebelum salam, yang berbunyi:

Allaahummaghfirlii maa qaddamtu wama akhkharartu wa anta'alamu bihi minnii, antal muqaadimu wa antal muakhkhiru, laa ilaaha illaa anta.

(Ya Allah, ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, dan apa-apa yang aku rahsiakan dan yang aku nyatakan. Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Engkaulah yang terdahulu dan Engkaulah yang terakhir, tiada Tuhan selain Engkau.)

Dianjurkan sebagaimana diajarkan Rasulullah s.a.w. kepada Abdullah bin Mas'ud, supaya sesudah tahiyyat dan sebelum salam meminta kebajikan dunia dan akhirat.




Fardhu dan Sunnah Solat


Membedakan antara Perbuatan Fardhu dan Sunnah Shalat
Semua hal yang telah disebutkan senelum ini mencakup hal-hal yang fardhu (diwajibkan), sunnah (yang dianjurkan), adab dan hai-at (kesempurnaan bentuk). Orang yang ingin melintasi jalan akhirat (dengan aman dan benar) selayaknya memperhatikan itu semua.

Rukun-rukun shalat (Fardhu Solat)

Niat
Takbir
Berdiri
Membaca Al Fatihah
Menunduk dalam ruku', sehingga kedua telapak tangan mengentuh dua lutut.
Bertuma'ninah pada waktu ruku' dan sujud.Tumakninah ialah berhenti sejenak sehingga seluruh anggota tubuh menjadi tenang dan mantap sebelum melakukan gerakan berikutnya.
I'tidal (tegak kembali setelah ruku')
Sujud (dengan tuma'ninah)
Duduk kembali setelah sujud
Duduk untuk tasyahud akhir.
Membaca salawat untuk Nabi Muhammad s.a.w.
Salam yang pertama.
Adapun niat keluar dari solat (pada waktu telah selesai), tidaklah wajib. Demikian pula segala sesuatu, selain yang tersebut di atas, tidak wajib dikerjakan, tetapi hanya berupa sunnah serta hai-at.

Hal-hal yang Disunnahkan

Dikatakan sunnat atau sunnah, kerana ia baik untuk dikerjakan seperti teladan yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w. Bila hal tersebut tidak dikerjakan (ada halangan atau sengaja ditinggalkan), maka tidak akan berdosa atau membatalkan solatnya.

a. Sunnah-sunnah yang berupa perbuatan atau gerakan

1. Mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul Ihram

2. Melipat kedua belah tangan ke dada dengan meletakkan tangan kanan di atas yang kiri ketika berdiri membaca Al Fatihah.

3. Ketika bergerak untuk ruku, dan

4 Ketika berdiri kembali setelah ruku.

5. Meletakkan kedua telapak tangan pada kedua lutut ketika ruku.

6. Duduk untuk tasyahud pertama.

Adapun perincian cara membuka jari tangan dan batas mengangkatnya, semuanya itu termasuk hai-at (kesempurnaan bentu) yang bertalian dengan sunnah tersebut, yakni pada saat takbiratul ihram, ruku dan i'tidal. Demikian pula, cara duduk dalam tasyahud pertama dan terakhir (seperti telah diterangkan sebelum ini) adalah hai-at, bertalian dengan duduk dalam solat. Menundukkan kepala dan tidak mendongak ke kanan ke kiri termasuk hai-at, bertalian dengan fardhu berdiri dalam salat. Akan tetapi duduk istirahat (antara dua sujud), menurut Al Gazhali dalam buku "Rahsia-rahsia Solat" yang menjadi rujukan tulisan ini, tidak termasuk ke dalam pokok-pokok sunnah dan perbuatan-perbuatan solat. Sebab, duduk istirahat tersebut hanya merupakan semacam pelengkap dalam berpindah dari sujud ke berdiri. Kerana itu, tidak disebutkan secara khusus dalam pokok-pokok sunnah.

b. Sunnah-sunnah yang berupa bacaan dan doa

1. Membaca Doa iftitah (Yaitu do'a sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca Al Fatihah).

2. Membaca Ta'awwudz (a'uudu billaahi minasy syaithaanir rajiim, sebelum membaca Al Fatihah).

3.Mengucapkan amiin selesai membaca Al Fatihah.

4. Membaca surah-surah atau ayat-ayat dari Al Quran sesudah Al Fatihah. Selain itu, mengeraskan bacaan Al Fatihah dan ayat-ayat atau surah-surah pada rakaat pertama dan kedua pada shalat Maghrib, Isya, Subuh dan Solat Jum'at (termasuk sunat muakkad) juga merupakan sunnah.

5. Mengucapkan takbir-takbir perpindahan (dari satu rukun shalat ke rukun shalat lainnya). Yaitu "Allahu Akbar" ketika akan berpindah gerakan atau sikap dalam shalat, kecuali ketika bangun dari ruku,.

6. Membaca tasbih dalam ruku' dan sujud, serta doa i'tidal dari ruku dan sujud.

7. Membaca tasyahud pertama.

8. Membaca salawat untuk Nabi Muhammad s.a.w. pada tasyahud pertama.

9. Membaca doa setelah tasyahud akhir

10. Membaca salawat Ibrahimiyah pada tahiyyat akhir. Yaitu

11. Salam yang kedua.

Sujud Sahwi

Semua yang tersebut di atas, kendati dihimpun ke dalam istilah "sunnah", namun, masing-masing memiliki tingkatan yang berbeza, mengingat empat diantaranya, bila tidak dikerjakan kerana lupa, boleh diganti dengan sujud sahwi. Sujud sahwi artinya sujud kerana terlupa mengerjakan sesuatu yang sunnah atau hal yang salah lainnya tanpa sengaja. Umpamanya lupa mengerjakan tahiyyat awal, lupa membaca ayat atau surat pada rakaat pertama atau kedua, lupa tentang bilangan solat dan sebagainya. Menurut Al Gazhali, empat hal yang dapat digantikan dengan melakukan sujud sahwi tersebut yaitu satu di antaranya termasuk perbuatan dan tiga lainnya termasuk bacaan.

Yang termasuk perbuatan ialah duduk (setelah dua kali sujud pada rakaat kedua solat Zhuhur, Asar, Maghrib dan Isya') untuk membaca tasyahud. Duduk seperti ini berpengaruh pada susunan bentuk solat bagi siapa yang menyaksikannya. Sebab, dengan itu, dapat diketahui apakah solat tersebut ruba'iyyah (terdiri atas empat rakaat) atau bukan. Tidak seperti sunnah mengangkat tangan ketika takbir, misalnya, sebab hal itu tidak mempengaruhi susunan bentuk solat. Itu pula sebabnya, sunnah ini (yakni duduk untuk tasyahud pertama) disebut ba'dh (kata tunggal dari ab'adh) yang bererti bagian. Apabila seseorang tidak mengerjakan ab'adh, dianjurkan dengan sangat agar ia menggantinya dengan sujud sahwi.

Adapun bacaan-bacaan sunnah dalam solat, semuanya tidak digantikan dengan sujud sahwi, kecuali tiga (yaitu yang termasuk ab'adh):

Qunut


Bacaan tasyahud pertama

Salawat untuk Nabi Muhammad s.a.w. pada tasyahud pertama.

Tidak termasuk di dalamnya takbir-takbir perpindahan (dari satu ruku ke ruku lainnya), bacaan-bacaan dalam ruku, sujud dan i'tidal dari kedua-duanya. Hal ini disebabkan ruku dan sujud adalah gerakan yang memiliki bentuk khas, berbeda dengan gerakan-gerakan biasa. Dengan mengerjakannya, dapat diperoleh makna ibadah, walaupun tanpa membaca zikir apa pun dan tanpa takbir-takbir perpindahan. Tanpa zikir-zikir itu pun, bentuk ibadah shalat - dengan melakukan gerakan ruku' dan sujud - tetap tidak akan batal atau hilang. Lain halnya dengan duduk untuk bertasyahud pertama. Ia tadinya merupakan gerakan biasa (yakni, yang juga dilakukan di luar solat). Tetapi, kini, sengaja diperpanjang untuk diisi dengan bacaan tasyahud. Maka, meninggalkannya akan menimbulkan perubahan cukup besar dalam susunan bentuk solat.

Sebaliknya, meninggalkan bacaan doa istiftah, atau pun surah, tidak menimbulkan perubahan, mengingat bahawa rukun berdiri dalam solat telah cukup diisi dengan bacaan Al Fatihah, sehingga dapat dibezakan dengan berdiri secara biasa. Dengan alasan itu pula, bacaan doa setelah tasyahud terakhir tidak digantikan dengan sujud sahwi.

Bacaan qunut pun, pada dasarnya, tidak layak digantikan dengan sujud sahwi, namun, disyariatkannya perpanjangan ruku i'tidal, pada solat Subuh, adalah semata-mata untuk diisi dengan bacaan do'a qunut itu. Maka, sama halnya seperti rukun duduk untuk tasyahud pertama. Ia adalah perpanjangan dari duduk istirahat, guna diisi dengan bacaan tasyahud.

Cara melakukan Sujud Sahwi

Sujud sahwi dilakukan pada penghujung rakaat yang terakhir, yaitu sesudah tahiyyat dan sebelum salam. Bersujud sambil mengucapkan "Allaahu Akbar" dan dalam sujud membaca:

Subhaanalladzi laa yanaamu walaa yansaa (3x)

"Maha suci Allah yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa"

Bila yang terlupakan itu salah satu rukun soalat, yang tidak bisa dibetulkan seketika, maka solatnya tidak sah, dan solatnya harus diulang kembali. Tetapi bila yang terlupakan itu rakaat, misalnya solat Isya yang mestinya 4 rakaat , hanya 3 rakaat, maka sesudah memberi salam, tanpa diselingi dengan atau perbuatan lain, segeralah ia berdiri dan tambahlah rakaat yang tertinggal itu. Rakaat tersebut tetap diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, kemudian anda lengkapi dengan sujud sahwi.

Bila di dalam solat timbul keraguan tentang jumlah rakaat maka ambillah jumlah rakaat yang sedikit lalu yakinlah dengan itu (Misalnya bila kita lupa apakah sudah empat rakaat atau baru tiga rakaat, maka ambilah keputusan bahawa itu rakaat yang ketiga. Lalu lanjutkan solat dan tambahkan yang kurang).

Terlupa Mengerjakan Solat

Bila seseorang terlupa mengerjakan solat, baik kerana tertidur atau kerana lain hal, maka hendaklah ia segera mengerjakannya seketika tersedar. Misalnya, kerana ketiduran, sehingga waktu solat subuh sudah habis. Maka ketika ia terbangun, segeralah berwudhu dan tunaikanlah solat subuhnya. Solat tersebut bukan qadha (membayar hutang), tetapi solat dengan sesungguhnya. Allah s.w.t. akan memaafkan kerana ia terlupa. Begitu pula bila peristiwa serupa lainnya terjadi secara tidak sengaja.

Sujud Tilawah

Sujud Tilawah dapat dilakukan apabila seseorang membaca ayat Al Qur'an dan tiba pada tempat-tempat yang dianjurkan bersujud, baik dalam solat atau diluar solat. Dalam sujud dianjurkan membaca:

Sajada wajhiya lilladzi khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu bihawlihi waquwwatihi.

"Aku bersujud kepada Allah yang menciptakannya, memberikan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya".

Bila sujud tilawah dilakukan di luar solat, pembaca ayat yang ditentukan melakukan sujud Tilawah, maka pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila mereka tidak ikut bersujud, maka tidak akan berdosa baginya.

Bila dalam solat berjamaah dan Imam bersujud Tilawah, maka makmum wajib ikut bersujud, bila makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukan sebagai anggota solat berjamaah.

Perjalanan Nabi Muhammad s.a.w. ke Taif

KISAH PARA SAHABAT

Selama sembilan tahun selepas perlantikan Nabi Muhammad s.a.w sebagai Pesuruh Allah s.w.t., Nabi Muhammad s.a.w telah menjalankan dakwah dikalangan kaumnya sendiri disekitar kota Mekah untuk memimpin dan memperbaiki keadaan hidup mereka.Segelintir manusia sahaja yang telah memeluk agama Islam ataupun yang bersimpati dengan Baginda s.a.w., yang lainnya mencuba dengan sedaya upaya untuk mengganggu dan menghalang Baginda s.a.w dan pengikut-pengikutnya. Diantara mereka yang bersimpati dengan perjuangan Baginda s.a.w termasuk Abu Talib bapa saudara Baginda s.a.w sendiri. Sungguhpun begitu Abu Talib tidak memeluk agama Islam.

Berikutan dengan kematian Abu Talib, pihak Khuraish berasa bebas untuk memperhebatkan gangguan dan penentangan mereka terhadap Baginda s.a.w. Di Taif, bandar yang kedua terbesar di Hijaz, terdapat Bani Thafiq suatu puak yang sangat kuat dan besar bilangan ahlinya. Nabi Muhammad s.a.w. berlepas keTaif dengan harapan ia dapat mempengaruhi kaum Bani Thafiq untuk menerima Islam dan dengan demikian memperolehi perlindungan bagi pemeluk-pemeluk agama Islam dari gangguan puak Khuraish. Baginda s.a.w juga bercita-cita hendak menjadikan Taif markas kegiatan-kegiatan dakwah Baginda s.a.w. Sebaik-baik sahaja Baginda s.a.w tiba disana, Baginda s.a.w telah mengunjungi tiga orang pemuka Bani Thafiq secara berasingan dan menyampaikan kepada mereka risalah Allah s.w.t. Bukan sahaja mereka tidak mahu menerima ajaran Allah s.w.t. bahkan enggan mendengar apa yang dikemukakan oleh Baginda s.a.w kepada mereka. Baginda s.a.w telah dilayani secara kasar dan sungguh-sungguh biadap. Kekasaran mereka sungguh bertentangan dengan semangat memuliakan dan menghormati yang telah menjadi sebahagian daripada cara hidup bangsa Arab. Dengan terus terang mereka mengatakan yang mereka tidak suka Baginda s.a.w. tinggal ditempat mereka. Baginda s.a.w. berharap yang kedatangan Baginda s.a.w akan disambut dengan sopan santun, diiringi dengan kata-kata yang lemah lembut. Sebaliknya Baginda s.a.w telah dilempari dengan kata-kata yang kasar.

Kata seorang daripada pemuka-pemuka tadi dengan penuh ejekan: "Hoi,benarkah yang Allah s.w.t. telah melantik kamu menjadi PesuruhNya?"Kata seorang lagi sambil ketawa: "Tidak bolehkah Allah memilih manusia selain dari engkau untuk menjadi PesuruhNya?"Yang ketiga pula melempar kata-kata hina yang bunyinya demikian: "Kalau engkau benar-benar seorang Nabi, aku tidak ingin bercakap-cakap dengan engkau kerana perbuatan yang demikian akan mendatangkan bencana kepada diriku.Sebaliknya jika kamu seorang pendusta,tidak guna aku bercakap-cakap dengan engkau."

Dalam menghadapi penentangan yang sebegini hebat, ketabahan dan kecekalan hati yang merupakan sifat-sifat semulajadi Nabi Muhammad s.a.w. tidak menyebabkan Baginda s.a.w. berasa hampa dan gagal barang sedikit jua pun. Selepas meninggalkan pemuka-pemuka Banu Thafiq tadi, Baginda s.a.w cuba menghampiri rakyat biasa Disini juga Baginda s.a.w menemui kegagalan. Mereka menyuruh Baginda s.a.w keluar dalam Taif. Apabila Baginda s.a.w menyedari yang usahaBaginda s.a.w tidak mendatangkan hasil yang diingini, Baginda s.a.w pun membuat keputusan hendak menginggalkan kota itu. Tetapi mereka tidak membiarkan Baginda s.a.w keluar dari Taif secara aman. Mereka melepaskan kacang-kacang hantu mereka supaya mengusik,mengejek,mengacau dan melemparinya dengan batu. Pelemparan batu yang dilakukan keatas Baginda s.a.w itu sedemikian rupa hingga badan Baginda s.a.w berdarah akibat luka-luka. Apabila Baginda s.a.w berada agak jauh dari kota Taif, Baginda s.a.w pun berdoa kepada Baginda s.a.w. yang bermaksud:

" Wahai Tuhanku, kepada Engkau aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya-upayaku pada pandangan manusia. Wahai Tuhan yang Maha Rahim kepada sesiapa Engkau menyerahkan daku?Kepada musuh yang akan menerkamkan aku ataukah kepada keluarga yang engkau berikan kepadanya uruskanku, tidak ada keberatan bagiku asal aku tetap dalam keredzaanMu. Dalam pada itu afiatMu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya mukaMu yang mulia yang menyinari segala langit dan menerangi segala yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akirat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun atasku azabMu kepada Engkaulah aku adukan hal ku sehingga Engkau redza. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau"

Demikianlah sedihnya doa yang dihadapi kepada Allah s.w.t. oleh Baginda s.a.w sehingga Allah s.w.t. mengutuskan Malaikat Jibrail buat menemui Baginda s.a.w. Setibanya dihadapan Nabi Muhammad s.a.w. diapun memberi salam seraya berkata:" Allah s.w.t.. mengetahui apa yang telah berlaku diantara kamu dan orang-orang ini. Allah s.w.t. telah menyediakan malaikat digunung ganang disini khas untuk menjalankan sebarang perintah kamu."

Sambil berkata demikian Jibrail menghadapkan malaikat itu dimuka Baginda s.a.w Kata Malaikat ini:"Wahai Rasulullah, saya bersiap sedia untuk menjalankan perintah Tuan. Kalau dikehendaki, saya sanggup menyebabkan gunung-gunung disebelah menyebelah kota ini berlanggaran sehingga penduduk-penduduk dikedua-dua belah mati tertindih. Kalau tidak, Tuan cadangkan apa saja hukuman yang selayaknya diterima oleh orang-orang ini."

Mendengar janji-janji Malaikat itu, Nabi Muhammad s.a.w. yang penuh dengan sifat rahim dan belas kasihan pun berkata:"Walaupun orang-orang ini tidak menerima Islam, saya harap dengan kehendak Allah s.w.t., yang anak-anak mereka, pada satu masa nanti, akan menyembah Allah s.w.t.. dan berbakti kepadaNya."

Sekarang perhatikanlah tauladan mulia dan suci murni yang telah dipertunjukkan oleh Baginda s.a.w. Kita semua mengakui yang kita menjadi pengikut-pengikutNya, tetapi dalam urusan hidup kita sehari-sehari,apabila cadangan kita ditolak atau tidak dipersetujui maka kita dengan lekasnya melemparkan maki hamun dan terkadang-kadang bercita-cita hendak membalas dendam terhadap mereka yang tidak bersetuju dengan kita.Sebagai pengikut-pengikutnya kita hendahlah mencontohi Baginda s.a.w. Selepas menerima penghinaa ditangan penduduk-penduduk Kota Taif, Baginda s.a.w hanya berdoa. Baginda s.a.w. tidak memarahi mereka,tidak mengutuk mereka dan tidak mengambil sebarang tindakan balas walaupun diberi kesempatan sebaik-baiknya untuk membuat demikian.

KESYAHIDAN ANAS BIN NADHR

Anas bin Nadhr ialah salah seorang daripada sahabat-sahabat Nabi Muhammad s.a.w. yang tidak mengambil bahagian dalam peperangan Badar. Dia berasa kesal kerana tidak menyertai peperangan tersebut. Oleh hal yang demikian dia senantiasa menanti-nanti peluang untuk menyertai peperangan untuk menebuskan apa yang dianggapnya suatu kerugian bagi dirinya. Kesempatan yang dinanti-nantinya itupun tibalah apabila berlaku perang Uhud pada tahun yang berikutnya. Anas pun dengan serta merta menyertai tentera Muslimin dengan semangat kejihadan yang tulin maju kemedan pertempuran. Sungguhpun bala tentera yang dihadapi mereka berkali-kali ganda banyaknya namun tentera Muslimin sedang mengatasi pihak musuh. Tiba-tiba berlaku suatu kesilapan.

Nabi Muhammad s.a.w. telah menghantar sepasukan pemanah-pemanah yang terdiri daripada 50 orang untuk menguasai tentera berkuda pihak musuh yang mungkin menyerang tentera Muslimin dari belakang. Mereka diperintahkan supaya menetap diatas sebuah bukit dibelakang tentera Muslimin selagi mereka tidak menerima arahan daripada Nabi Muhammad s.a.w. sendiri menyuruh mereka berundur dari situ. Tetapi mereka ini telah mengingkari arahan Baginda s.a.w. Apabila mereka lihat askar-askar musuh lari lintang pikang, diburu oleh Mujahid-Mujahid Islam, mereka menyangka yang kemenangan telah pun tercapai lantas meninggalkan tempat mereka sambil berkejar-kejaran untuk mendapatkan harta rampasan. Yang tinggal diatas bukit itu hanyalah ketua mereka dan beberapa orang yang masih taat. Apabila dilihat oleh pemimpin tentera mushrikin yang bukit itu telah terdedah, dia pun mengerah pasukannya menyebu dan membunuh tentera panah Muslimin yang masih bertahan diatasnya dan melancarkan serangan balas terhadap tentera muslimin dari belakang ketika mereka sedang asyik mengumpulkan tentera rampasan.Dalam keadaan kelam kabut inilah Anas terpandang kepada Saad bin Maaz yang sedang melalui hadapannya. Dia memekik mengatakan:"Ya Saad! Kemana engkau? Demi Allah! Aku mencium bau Syurga yang datangnya dari Jabal Uhud".

Dengan berkata demikian dia pun menerkam musuh lalu menentang mereka habis-habisan sehingga dia gugur sebagai Syahid dimedan peperangan. Apabila badannya yang berlumuran darah itu diperiksa terdapat tidak kurang dari 80 liang luka semuanya.Tidak ada siapa yang dapat mengenalinya melainkan saudara perempuannya sahaja. Orang yang berjihad dijalan Allah s.w.t.. dengan penuh keikhlasan dan kejujuran akan mengecap nikmat syurga didunia ini dan diakirat. Demikianlah hal keadaannya dengan sahabat Anas bin Nadhr.

PERDAMAIAN HUDAIBIYAH DAN KISAH ABU JANDAL DAN ABU BASIR

Pada tahun Hijrah yang ke enam, Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah bertolak keMekah untuk mengerjakan Umrah. Berita mengenai Baginda s.a.w. telah sampai kepengetahuan puak Khuraish, mereka pun bersiap sedia untuk menghalang kemasukan Nabi Muhammad s.a.w Sahabat-sahabat Nabi Muhammad s.a.w yang berjumlah 1400 orang semuanya dengan semangat keislaman yang berkobar-kobar berazam hendak merempuh masuk keMekah walaupun perbuatan ini akan melibatkan pertempuran secara terbuka tetapi Nabi Muhammad s.a.w. tidak bersependapat dengan mereka. Selepas berfikir sedalam-dalamnya, Baginda s.a.w. memutuskan hendak membuat perjanjian dengan pihak Khuraish serta menerima syarat-syarat yang dikenakan oleh mereka seluruhnya.

Perjanjian yang berat sebelah ini menghampakan perasaan sabahat-sahabat Baginda s.a.w. tetapi kepatuhan dan taat setia mereka kepada Baginda s.a.w. tidak membenarkan mereka menyuarakan bantahan mereka terhadap perjanjian yang tidak adil ini. Pahlawan Islam yang seberani-beraninya seperti Umar pun terpaksa tunduk kepada keputusan yang telah dibuat oleh Nabi Muhammad s.a.w Mengikut salah satu daripada syarat-syarat perjanjian ini orang-orang Khuraish yang menyerah diri kepada pihak orang Muslimin mesti dikembalikan kepada Khuraish sedangkan orang-orang Islam yang menyerah diri kepada pihak Khuraish tidak akan dikembalikan kepada kaum Muslimin.

Abu Jandal, seorang pemeluk agama Islam sedang menerima penyiksaan yang dahsyat ditangan Khuraish. Apabila ia mendengar yang Nabi Muhammad s.a.w sedang berkhemah diHudaibiah, dia pun melepaskan dirinya lalu lari ketempat perkhemahan Nabi Muhammad s.a.w pada masa Perdamaian Hudaibiah hendak ditantangai. Ayah Abu Jandal,Suhail, yang ketika itu belum lagi memeluk Islam menjadi jurucakap bagi pihak Khuraish dalam perundingan mereka dengan Nabi Muhammad s.a.w untuk merangka butir-butir Perdamaian Hudaibiah. Dia menempeleng anaknya Abu Jandal serta memaksanya balik keMekah. Oleh kerana peristiwa ini berlaku ketika Perdamaian Hudaibiah belum berkuatkuasa lagi, Nabi Muhammad s.a.w berpendapat yang perkara perlarian Abu Jandal kepihak Muslimin tidak tertakluk dibawah perjanjian itu, tetapi ayah Abu Jandal menolak hujah-hujah yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad s.a.w

Penderitaan Abu Jandal ini menyayatkan hati para sahabat, tetapi apakan daya oleh kerana inginkan perdamaian Nabi Muhammad s.a.w terpaksa menyerahkannya kembali kepada pihak Khuraish sambil menyampaikan kata-kata penawar yang berikut:"Janganlah hendaknya kamu bermuram durja, wahai Abu Jandal. Allah s.w.t. sudah tentu akan membuka jalan buat kamu."

Selepas Perdamaian Hudaibiah ditandatangai dan selepas kepulangan Nabi Muhammad s.a.w. ke Madinah, seorang lagi penduduk Mekah yang beragama Islam telah melepaskan dirinya ke Madinah untuk mendapat perlindungan Nabi Muhammad s.a.w. Orang ini bernama Abu Basir. Permintaan orang yang kedua ini pun terpaksa ditolak oleh Nabi Muhammad s.a.w kerana menghormati Perdamaian Hudaibiah itu.Apabila tiba dua orang wakil puak Khuraish untuk membawanya pulang, ia pun diserahkan kepada orang-orang itu, tetapi sempat juga Nabi Muhammad s.a.w menasihatinya supaya bersabar dan mengharapkan pertolongan Allah s.w.t.

Dalam perjalanan ke Mekah, Abu Basir telah menggunakan helah untuk melepaskan diri. Kata Abu Basir kepada salah seorang daripada pengawal-pengawal itu:"Kawan, bagus sungguh pedang kamu itu."Setelah pedangnya dipuji demikian rupa, orang itu pun berasa bangga lalu menghunuskan pedangnya sambil berkata:"Betul kata kau. Pedang ini bagus dan aku telah mencubanya keatas beberapa orang manusia. Nah, tengoklah kalau awak hendak."

Sebaik sahaja pedang tiba ketangannya, Abu Basir pun membunuh orang itu. Melihat apa yang telah berlaku, pengawal yang seorang lagi cabut lari ke Madinah untuk melapurkan kejadian tadi kepada Nabi Muhammad s.a.w Sementara itu Abu Basir sendiri telah tiba dihadapan Nabi Muhammad s.a.w Katanya kepada Nabi Muhammad s.a.w"Ya Rasulullah, tuan telah kembalikan saya untuk menunaikan janji-janji tuan kepada kafir-kafir Khuraish itu, tetapi saya sendiri tidak ada apa-apa yang hendak ditunaikan. Saya tidak berjanji, Saya melepaskan diri kerana takut kalau-kalau mereka merosakkan keimanan saya"

Sahut Nabi Muhammad s.a.w"Kamu dengan secara tidak sedar sedang menyalakan apa peperangan. Tentu aku berasa suka kalau engkau dapat diberi pertolongan."

Dari kata-kata Nabi Muhammad s.a.wAbu Basir berpendapat yang dia akan diserahkan kepada kafir Mushrikin sekiranya mereka membuat rayuan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Oleh yang demikian dia pun meninggalkan Madinah lalu menuju ke sebuah tempat dipadang pasir berdekatan dengan pantai. Tidak lama kemudian Abu Jandal pun menyertainya setelah melepaskan dirinya dari puak Khuraish. Bilangan mereka telah meningkat apabila lebih banyak orang perlarian Islam yang terlepas dari puak Khuraish menyertai mereka. Ditempat persembunyian mereka ini, mereka telah menghadapi penderitaan hidup yang maha hebat tetapi oleh kerana tidak tertakluk kepada Perjanjian Hudaibiah, mereka telah mengganggu khalifah-khalifah Khuraish yang berlalu lalang berdekatan dengan tempat persembunyian mereka. Demikianlah hebatnya gangguan-gangguan yang mereka jalankan sehinggan puak Khuraish terpaksa menemui Nabi Muhammad s.a.w dan merayu kepada Nabi Muhammad s.a.w. supaya berusaha memberhentikan gangguan-gangguan itu.

Mengikut cerita Abu Basir sedang menghadapi maut ditempat tidurnya apabila surat kiriman Nabi Muhammad s.a.wsampai ketangannya. Dalam surat itu Nabi Muhammad s.a.w telah membenarkan ia kembali ke Madinah. Dia meninggal sambil memegang surat yang dihantar oleh Nabi Muhammad s.a.w.

Demikianlah kisah yang menunjukkan kekuatan iman seorang hamba Allah s.w.t. Tidak ada suatu kuasa pun dipermukaan bumi ini yang dapat merosakkan keimanan seseorang asal saja keimanan itu merupakan keimanan yang sejati. Allah s.w.t. tetap akan menolong orang yang benar-benar beriman denganNya.

BILAL DAN PENDERITAANNYA

Bilal r.a.hu adalah salah seorang daripada sahabat-sahabat Nabi Muhammad s.a.w. yang paling terkenal. Dia merupakan muazzin atau juru azan di Masjid Nabi. Dia merupakan seorang hamba Habshi yang dimiliki oleh seorang kafir di Mekah. Pengislamannya telah menimbulkan kemarahan yang tidak keruan didalam hati pemiliknya. Dia pun diazabkan tanpa perikemanusiaan. Umayyah bin Khalaf, pemusuh ISLAM yang terkemuka yang memiliki Bilal akan membaringkannya atas pasir yang panas membakar serta meletakkan batu besar diatas dadanya sehingga ia tidak dapat menggerakkan tulangnya yang lapan kerat. Kemudian berkatalah Umayyah kepada Bilal:"Tinggalkanlah agamamu. Kalau tidak matilah kamu dalam kepanasan matahari yang tegak."

Bilal menjawab dengan berkata:"Ahad"-(Tuhan Yang Esa)-"Ahad-(Tuhan Yang Esa)."

Pada waktu malam ia didera dengan cemeti sehingga badannya luka. Pada waktu siang pula, dia dibaringkan diatas pasir yang panas. Tuannya berharap yang ia akan meninggalkan agamanya atau pun mati akibat luka-luka dibadannya. Namun demikian Bilal masih tetap dengan pendiriannya yang teguh. Umayyah, Abu Jahal dan pengikut-pengikut mereka menyiksa Bilal secara bergilir-gilir. Akhirnya Abu Bakar telah menebuskannya dan dari sejak itu hiduplah ia sebagai seorang Muslim yang bebas. Semenjak ia dibebaskan, dia sentiasa berdampingan dengan Nabi Muhammad s.a.w. sehingga Baginda s.a.w. wafat. Selepas kewafatan Nabi Muhammad s.a.w., Bilal pun meninggalkan Kota Madinah.

Pada suatu ketika dia telah melihat Nabi Muhammad s.a.w. dalam mimpinya. Berkata Nabi Muhammad s.a.w. kepada Bilal: "Wahai Bilal, mengapakah kamu tidak melawatku?"

Sebaik-baik sahaja dia bangun dari tidurnya, dia pun bersiap-siap untuk berangkat ke Madinah. Setibanya dia dikota itu dia telah berjumpa dengan Hassan dan Hussain, cucunda Nabi Muhammad s.a.w. Mereka menyuruh dia berazan.Permintaan orang yang dicintainya itu tidak dapat ditolak. Apabila suara Bilal berkumandang diruang angkasa Kota Madinah, penduduk-penduduknya pun tanpa segan dan silu menghamburkan air mata mereka kerana teringat zaman keemasan yang telah mereka lalui semasa hidupnya kekasih mereka Nabi Muhammad s.a.w. Sekali lagi Bilal telah meninggalkan Kota Madinah dan akhirnya meninggal dunia di Damsyik pada tahun Hijiriah yang ke dua puluh.

ISLAMNYA ABUZAR GHIFARI

Abuzar Ghifari merupakan seorang sahabat c yang terkenal dengan perbendaharaan ilmu pengetahuan dan kesalehannya.Kata Ali r.a.hu.: "Abuzar ialah penyimpan jenis-jenis ilmu pengetahuan yang tak dapat diperolehi oleh orang lain"

Apabila ia mula-mula mendengar khabar tentang kerasulan Nabi Muhammad s.a.w., dia telah menghantar saudara laki-lakinya untuk menyiasat dengan lebih mendalam mengenai orang yang mendakwa menerima berita dari langit.Setelah puas menyiasat, saudaranya pun melapurkan kepada Abuzar yang Nabi Muhammad s.a.w. itu seorang yang bersopan-santun dan baik budi pekertinya. Ayat-ayat yang dibaca kepada manusia bukannya puisi dan bukan pula kata-kata ahli syair. Lapuran yang disampaikan itu masih belum memuaskan hati Abuzar. Dia sendiri keluar untuk mencari kenyataaan. Setibanya di Mekah, dia terus ke Baitul Haram. Pada masa itu dia tidak kenalNabi Muhammad s.a.w. dan memandangkan keadaaan pada masa itu dia berasa takut hendak bertanya darihal Nabi Muhammad s.a.w.Apabila menjelang waktu malam, dia dilihat oleh Ali r.a.hu. Oleh kerana dia seorang musafir Ali r.a.hu terpaksa membawa Abuzar kerumahnya dan melayani Abuzar sebaik-baiknya sebagai tetamu. Ali r.a.hu tidak bertanya sesuatu apa pun dan Abuzar bagi pihak dirinya pun tidak memberitahukan Alitentang maksud kedatangannya ke Mekah. Pada keesokan harinya Abuzar pergi sekali lagi ke Baitul Haram untuk mengetahui siapa dia Muhammad. Sekali lagi Abuzar gagal menemui Nabi Muhammad s.a.w. kerana pada masa itu orang-orang ISLAM sedang diganggu hebat oleh kafir-kafir musrikin. Bagi malam yang keduanya Ali r.a.hu membawa Abuzar kerumahnya. Pada malam yang kedua ini pun Ali r.a.hu tidak bertanya hal Abuzar, tetapi pada malam ketiga Ali r.a.hu bertanya:"Saudara, apakah sebabnya saudara datang ke kota ini?"

Sebelum menjawab, Abuzar meminta Ali r.a.hu berjanji supaya bercakap benar. Kemudian ia pun bertanya kepada Ali r.a.hu tentang Nabi Muhammad s.a.w. Ali r.a.hu berkata sebagai menjawab soalan Abuzar:"Dia sesungguhnya PESURUH ALLAH. Esok engkau ikut saja aku dan aku akan membawa kamu menjumpainya. Tetapi awas bencana yang buruk akan menimpai kamu kalau perhubungan kita ditahui orang. Semasa berjalan esok kalau aku dapati bahaya mengancam kita aku akan berpisah agak jauh sedikit daripada kamu dan berpura-pura membetulkan kasutku, tetapi engkau terus berjalan supaya orang tidak mensyaki perhubungan kita."

Pada esoknya itu Ali r.a.hu pun membawa Abuzar bertemu dengan Nabi Muhammad s.a.w. Tanpa banyak soal-jawab, dia telah memeluk agama ISLAM. O;eh kerana takut kalau-kalau dia diapa-apakan oleh pihak musuh, Nabi Muhammad s.a.w. pun menasihatinya supaya lekas balik dan supaya jangan mengistiharkan pengislaman di khalayak ramai, tetapi Abuzar dengan berani menjawab:"Ya Rasulullah, aku bersumpah dengan Allah yang jiwaku ditanganNya bahawa aku akan mengucap KALIMAH SYAHADAH dihadapan kafir-kafir musyirikin itu."

Janjinya pada Nabi Muhammad s.a.w. ditepatinya. Selepas ia meninggalkan Bagimda dia mengarahkan langkahnya ke Baitul Haram dimana dihadapan kaum musyrikin dan dengan suara yang lantang dia telah mengucapkan DUA KALIMAT SYAHADAH

"AKU MENYAKSIKAN YANG TIADA TUHAN MELAINKAN ALLAH DAN AKU MENYAKSIKAN YANG MUHAMMAD ITU PESURUH ALLAH."

Apatah lagi, demi didengarinya ucapan Abuzar itu, orang-oarang kafir pun menyerbuinya lalu memukulnya. Kalau tidaklah kerana Abbas, (ayah saudara Nabi Muhammad s.a.w. yang ketika itu belum memeluk agama ISLAM ) Abuzar sudah tentu menemui ajalnya.Kata Abbas kepada kafir-kafir musyirikin yang menyerang Abuzar:"Tahukah kamu siapa orang ini? Dia ialah dari puak Ghifar. Khalifah-khalifah kita yang berulang alik ke Sham terpaksa melalui perkampungan mereka. Kalaulah ia dibunuh, mereka sudah tentu akan menghalang perniagaan kita dengan Sham."

Pada hari yang berikutnya Abuzar sekali lagi mengucap DUA KALIMAT SYAHADAH dihadapan kafir-kafir Quraish dan pada kali ini juga ia telah diselamatkan oleh Abbas.Keghairahan Abuzar mengucap DUA KALIMAH SYAHADAH dihadapan kafir-kafir Khuraish sungguh-sungguh luar biasa kalau dikaji dalam kontek larangan Nabi Muhammad s.a.w. kepadanya. Apakah dia boleh dituduh sebagai telah mengingkari perintah Nabi Muhammad s.a.w.

Jawabnya-TIDAK. Dia tahu yang Nabi Muhammad s.a.w. sedang mengalami penderitaan yang berbentuk gangguan dalam usahanya kearah menyibarkan agama Islam. Dia hanya hendak mencontohi Nabi Muhammad s.a.w. walaupun dia mengetahui dengan berbuat demikian dia mendedahkan dirinya kepada bahaya. Semangat keislaman yang sebeginilah yang telah membolehkan para sahabat mencapai puncak kejayaan dalam alam lahiriah serta batiniah. Keberanian Abuzar ini sudah selayaknya dicontohi oleh umat Islam dewasa ini didalam rangka usaha mereka menjalankan dakwah Islamiah. Kekejaman, penganiayaan serta penindasan tidak semestinya melemahkan semangat mereka yang telah mengucapkan Dua Khalimah Syahadah.

PENDERITAAN KHABBAB BIN ALARAT

Khabbab ialah seorang manusia yang telah banyak berkorban kerana agama yang telah dianutinya. Dia awal-awal lagi telah memeluk agama Islam dan oleh yang demikian penderitaan yang ditanggungnya pun agak lama juga. Dia telah dipaksakan memakai baju besi dan disuruh berbaring dipasir, mendedahkan badannya pada panas matahari yang terik hingga kulitnye mengelupas. Khabbab adalah seorang hamba abdi kepada seorang perempuan. Apabila diketahui oleh si perempuan tadi yang dia sering melawat Nabi Muhammad s.a.w kepalanya diselar dengan panas yang merah membara.

Umar r.a.hu semasa beliau menjadi Khalifah telah bertanya kepaha Khabbab tentang penderitaannya dikala mula-mula menganuti agama Islam dahulu. Sebagai menjawab dia menunjukkan parut-parut luka dibelakang badannya. Kata Umar,"Aku tidak pernah melihat belakang badan yang sedimikian rupa." Melanjutkan ceritanya dia mengatakan yang dia telah diheret diatas suatu timbunan bara api sehingga lemak-lemak dan darah yang mengalir dari badannya memadamkan bara-bara api itu. Apabila agama Islam telah merebak ke merata-rata tempat, Khabbab sering duduk menangis sambil berkata:"Nampaknya Allah s.w.t. sedang memberi ganjaran bagi segala penderitaan yang kita alami. Mungkin di akhirat nanti tidak ada ganjaran yang bakal kita terima."

Khabbab bercerita:

"Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. telah mengimami kami dalam sembahyang. Rasulullah s.a.w telah memanjangkan suatu rakaat. Diakhir sembahyang itu kami bertanya tentang rakaat yang panjang tadi. Rasulullah s.a.wmenjawab:"Saya telah membuat tiga permintaan kepada Allah s.w.t.. Saya berdoa:"Ya Allah, janganlah hendaknya ummatku mati kerana kebuluran, janganlah hendaknya ummatku dihapuskan oleh musuh dan janganlah hendaknya mereka berkelahi sesama mereka"."Allah s.w.t.. telah menunaikan hanya dua permintaanku yang pertama."

Khabbab telah meninggal dunia apabila usianya meningkat tiga puluh tujuh tahun. Dia merupakan sahabat yang pertama sekali dikebumikan di Kufah. Pada suatu ketika apabila Ali r.a.hu melalui pusaranya beliau pun berkata:"Moga-moga Allah s.w.t. memberkhati dan melimpahkan rahmatNya keatas Khabbab. Dia telah memeluki Islam dengan segala senang hati dan telah menumpukan segala tenaganya semasa ia hidup untuk berusaha dijalan Allah, walaupun dengan berbuat demikian dia menderita kesusahan. Berbahagialah orang yang sentiasa mengingati hari Kiamat, yang sentiasa bersiap sedia untuk menghadapi perhitungan diAkhirat nanti, yang berpuas hati dengan hidup berdikit-dikit didunia ini dan yang perbuatannya mendatangkan keridhaan tuhan."

Keridhaan Allah s.w.t.lah yang menjadi matlamat tunggal perjuangan hidup para sahabat semuanya. Semoga kita semua juga akan mendapat keridhaan Allah s.w.t.

AMMAR DAN IBUBAPANYA

Ammar dan kedua-dua orang tuanya termasuk dalam golongan kaum Muslimin yang disaksikan oleh pemusuh-pemusuh Islam kerana menerima ajaran Nabi Muhammad s.a.w. Mereka telah diazabkan diatas batu-batu dan tanah yang panas membakar. Apabila Rasullullah s.a.w. lalu berdekatan mereka Nabi Muhammad s.a.w. akan menggesa mereka supaya bersabar sambil memberi khabar gembira mengenai syurga. Yasir, ayah kepada Ammar telah meninggal dunia setelah menerima penyiksaan yang berpanjangan. Ibunya yang telah tua pula ditikam mati dengan dengan lembing oleh Abu Jahal. Dia enggan meninggalkan agamanya walaupun disiksa dengan pedihnya. Dia merupakan wanita pertama yang sahid kerana mempertahankan agama.

Apabila Nabi Muhammad s.a.w. hendak berhijrah ke Madinah, Ammar telah menawarkan hendak membuat sebuah binaan dimana Nabi Muhammad s.a.w. boleh duduk, berehat diwaktu petang dan mengerjakan solat. Binaan ini didirikan dengan batu-batu yang dipungutkan oleh dirinya sendiri. Dia menentang musuh-musuh Islam dengan penuh keghairahan dan keberanian. Dalam suatu pertempuran dia telah berkata dengan gembiranya: "Aku akan menemui kawan-kawan aku tak lama lagi. Aku akan berjumpa dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan sahabat-sahabatnya."

Kemudian ia meminta air untuk diminum tetapi dia diberi susu. Sambil mengambil susu itu dia berkata: "Aku mendengar Nabi Muhammad s.a.w.. berkata padaku:"susu inilah minuman kau yang terakhir didunia!"

Dia bangun lalu meneruskan perjuangannya menentang musuh sehingga ia gugur. Pada masa itu dia berusia sembilan puluh empat tahun.

ISLAMNYA SOHAIB

Sohaib dan Ammar memeluk Islam pada waktu yang sama. Pada masa itu Nabi Muhammad s.a.w. tinggal ditempat kediaman Arqam. Mereka datang secara berasingan untuk memeluk agama Islam dan telah bertemu dipintu rumah Arqam. Sohaib seperti Ammar telah menderita akibat penyiksaan yang diterima ditangan pemusuh-pemusuh Islam. Akhirnya dia memutuskan hendak berhijrah ke Madinah.Kafir-kafir Quraish tidak mahu dia berbuat demikian lantas menghantar suatu gerombolan untuk memaksanya balik ke Mekah.Sebaik-baik sahaja kafir-kafir musyrikin itu mendekatinya, dia memekik kepada mereka:"Kamu semua tahu yang aku ini pemanah yang lebih handal daripada kamu. Selagi ada anak panah pada ku selama itulah kamu tidak dapat menghampiri aku. Apabila habis anak panah ku aku akan menggunakan pedang aku pula. Kalau kamu suka pergilah ambil wangku yang kutinggalkan di Mekah dan dua orang sahaya perempuanku sebagai penebusan diriku."

Mereka bersetuju. Dia pun memberitahu tempat dimana wangnya disimpan. Selepas itu dia meneruskan perjalanannya ke Madinah. Berkenaan dengan perbuatan Sohaib ini Allah s.w.t. telah menurunkan ayat yang berikut kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud:

"Dan dari antara manusia ada yang menjual dirinya kerana hendak mencari keridhaan Allah dan Allah itu amat penyayang kepada hamba-hambaNya."

Pada ketika menerima ayat ini Nabi Muhammad s.a.w.. berada di Qubo. Apabila dilihatnya Sohaib, Baginda s.a.w. pun berkata: "Penjualan yang baik sungguh, Sohaib."

ISLAMNYA UMAR

Umar r.a.hu selepas ia memeluk agama Islam, menjadi kebanggaan orang-orang Islam dan musuh ketat kafir-kafir musyrikin tetapi sebelum itu dia menentang Nabi Muhammad s.a.w. dan mengganggu orang-orang yang menganuti Islam. Dalam suatu mesyuarat orang-orang Quraish, pada suatu hari mereka telah memutuskan hendak meminta salah seorang daripada mereka supaya membunuh Nabi Muhammad s.a.w.

Umar telah tampil kehadapan sebagai sukarelawan yang ingin mengusahakan pembunuhan itu. Tiap-tiap Quraish yang menghadiri mesyuarat itu berkata serentak"Ya, engkaulah yang dapat melakukannya,Umar!"

Dengan pedang yang bergantungan dilehernya, Umar pun mengarahkan langkah menuju ketempat kediamanNabi Muhammad s.a.w. Dalam perjalanannya ia telah menemui Saad bin Abi Waqqas. Saad berkata: "Kemana kau, Umar?"Umar menjawab: "Aku hendak pergi menamatkan riwayat hidup Nabi Muhammad " Saad: "Kalau begitu Banu Hashim, Banu Zuhrah dan Banu Abdi Manaf akan membunuh kamu sebagai tindakan balas."Umar(gelisah dengan amaran itu) berkata: "Nampaknya kau juga telah meninggalkan agama nenek moyang kau. Biar aku kerjakan kau dahulu."

Umar dengan serta merta menghunus pedangnya. Sambil mengistiharkan pengislamannya Saad juga berbuat demikian. Sebelum bertarung dengan Umar sempat juga berkata:"Lebih baik kau menguruskan rumahtangga kau dahulu. Saudara perempuan kau dan iparkau, kedua-duanya telah memeluk agama Islam"

Kemarahan Umar ketika mendapat cerita itu tak dapat diceritakan lagi. meninggalkan Saad, dia menggerakkan langkahnya kearah rumah saudara perempuannya. Setibanya dirumah itu dia dapati rumah itu telah berkunci dari dalam. Sambil mengetuk-ngetuk pintu itu dia menjerit dengan sekuat tenaga kepada saudaranya supaya pintu itu dibuka. Mendengar suara Umar, Khabbab telah lari bersembunyi meninggalkan masyaf-masyaf Quran yang sedang mereka baca. Apabila pintu dibuka Umar dengan cepat menempeleng saudaranya sambil berkata:"Hai pengkhianat dirimu sendiri, engkau juga telah meninggalkan agamamu."

Tanpa menghiraukan kepala saudaranya yang berdarah, dia masuk kedalam sambil bertanya: "Apakah kelian sedang buat tadi dan siapa dia orang yang suaranya aku dengar dari luar?" Iparnya menjawab:"Kami hanya berbual-bual." Umar bertanya kepada iparnya "Adakah kamu juga telah meninggalkan agama nenek moyang kamu dan memeluk agama baru?" Ipar Umar menjawab:" Bagaimana pula agama baru itu lebih baik dari agama kita yang lama itu?" Jawapan itu menyebabkan Umar memukul dengan kejam dan menarik-narik janggutnya. Saudaranya yang datang hendak melerai mereka juga dipukul sehingga mukanya berlumuran dengan darah. Sambil menangis saudara perempuannya berkata:"Umar! kami dipukul hanya kerana kami memeluk agama Islam. Kami berazam hendak mati sebagai orang-orang Islam Kau bebas melakukan apa saja yang kau suka atas diri kami."

Apabila hatinya sejuk sedikit dia berasa malu atas perbuatannya terhadap saudara perempuannya itu. Tiba-tiba ia terpandang akan masyaf-masyaf yang ditinggalkan oleh Khabbab tadi. Katanya:"Baiklah, tunjukkan masyaf-masyaf ini." "Tidak," kata saudaranya.: "Badan kau tak bersih dan orang yang tak bersih tak seharusnya memegang masyaf-masyaf ini." Umar akhirnya membersihkan badannya dan mula membca masyaf-masyaf tadi. Surah yang dibacanya ialah SURAH TAHA.Dia membaca dari permulaan surah itu.Seluruh sikap dan pandangannya berubah apabila ia sampai ke ayat yang bermaksud:

"Akulah Allah. Tidak ada Tuhan melainkan Aku. Oleh itu sembahlah Aku dan dirikanlah sembahyang buat mengingati Aku."

Kata Umar: "Baiklah, bawa aku bertemu dengan Muhammad "

Mendengar kata-kata Umar itu Khabbab pun keluarlah dari tempat persembunyiannya sambil berkata:"Ya Umar, ada berita baik untuk kamu. semalam (iaitu malam Juma'at)Nabi Muhammad s.a.w. telah berdoa kepada Allah s.w.t..: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar atau Abu Jahal, siapa yang Engkau suka.".Nampaknya Allah s.w.t. telah memilih engkau sebagai menunaikan permintaan Nabi Muhammad s.a.w.

Umar telah menemui Nabi Muhammad s.a.w. dan pada pagi Juma'at dia telah memeluk agama Islam Pengislaman Umar merupakan merupakan suatu pukulan yang hebat kepada puak musyrikin. Sungguh pun begitu bilangan orang Islam terlalu kecil kalau dibandingkan dengan bilangan puak musuh. Kafir-kafir musyrikin telah memperhebatkan usaha-usaha mereka untuk menghapuskan orang-orang Islam serta agama mereka. Dengan Islamnya Umar, kaum Muslimin telah bertambah berani dan sekarang mereka mendirikan sembahyang di Baitul Haram. Kata Abdullah bin Masud: "Pengislaman Umar merupakan suatu kejayaan besar kepada kaum Muslimin, perpindahannya menguatkan kami dan perlantikannya sebagai Khalifah merupakan suatu keberkatan kepada kami.:"

PERPINDAHAN KE HABSHAH DAN PEMULAUAN DILEMBAH IBNU ABI TALIB

Kesusahan dan penderitaan yang ditanggung oleh kaum Muslimin semakin bertambah-tambah. Baginda s.a.w akhirnya membenarkan mereka meninggalkan Mekah. Negeri Habshah pada masa itu diperintahkan oleh seorang raja Kristian (kemudiannya telah memeluk Islam) yang masyhur dengan belas-rahim dan keadilannya. Dalam bulan Rejab, selepas selepas lima tahun Nabi Muhammad s.a.w. menjalankan dakwahnya, kumpulan orang-orang pelarian yang pertama telah berlepas ke Habshah. Kumpulan ini terdiri daripada lima belas orang lelaki dan lima orang perempuan. Puak Quraish yang mengejar mereka tiba dipelabuhan selepas kapal mereka bertolak. Setibanya mereka diHabshah , mereka mendengar khabar angin yang mengatakan bahawa kesemua puak Quraish telah beriman dan menerima ajaran Islam. Kegembiraan mereka bukan kepalang. Mereka pun memutuskan hendak kembali ketanah air mereka, tetapi apabila hampir-hampir tiba keMekah mereka dapati yang berita angin yang mereka dengar semasa diHabshah tidak benar sama sekali. Kempen mengganggu orang-orang Islam tidak sedikit pun berkurangan. Oleh hal yang demikian setengah daripada mereka terpaksa belayar kembali keHabshah sedangkan yang lainnya memasuki kota Mekah dengan perlindungan orang-orang yang berpengaruh. Peristiwa ini dikenali dengan 'PERPINDAHAN KEHABSHAH YANG PERTAMA'. Tidak lama kemudian satu rombongan yang lebih besar terdiri daripada lapan puluh orang lelaki dan lapan belas perempuan telah berlepas keHabshah. Pemergian yang kedua ini disebut sebagai 'PERPINDAHAN KEHABSHAH YANG KEDUA'. Ahli-ahli rombongan yang kedua ini termasuk juga sebilangan kecil para sahabat Nabi Muhammad s.a.w.

Pemergian orang-orang Islam keHabshah menimbulkan kemarahan kafir-kafir Quraish. Suatu rombongan puak Quraish lengkap dengan hadiah-hadiah yang akan diberi kepada Raja Habshah, pembesar-pembesar istananya dan paderi-paderi Kristian telah berlepas kesana. Setelah pembesar-pembesar istana disogok mereka dengan senang masuk keistana penghadapan untuk menemui Raja. Mereka disujudkan dihadapan Raja sambil meletakkan hadiah-hadiah didepannya.

Mereka pun berbicara: "Tuanku, sebilangan kecil orang-orang kami telah meninggalkan agama mereka yang turun termurun dan telah memeluk agama baru yang bertentangan dengan agama kami dengan agama kamu. Merka telah datang untuk tinggal disini. Pembesar-pembesar Mekah, ibu bapa dan kaum kerabat mereka telah menghantar kami untuk membewa mereka balik. Kami memohon Tuanku supaya mereka diserahkan kepada kami."

Jawab Raja Habshah:" Kami tidak dapat menyerah orang yang telah diminta perlindungan kami tanpa usul periksa. Biarlah mereka dibawa kehadapan kami supaya dapat kami mengkaji hujah-hujah mereka. Kalau tuduhan kemurtadan yang telah kamu melemparkan terdapat mereka itu benar kami akan serahkan mereka kepada kamu."

Oleh Raja Habshah disuruhnya pegawai-pegawainya membawa orang Islam kebalai penghadapan.Orang-orang Islam itu berasa gelisah kerana tidak tahu apa yang mesti diperbuat tetapi Allah s.w.t. telah memberikan peransang. Sebaik-baik sahaja mereka sampai sampai dihadapan Raja mereka menyampaikan salam kepadanya. Seorang pegawai istana telah membantah mengatakan yang mereka tidak bersujud dihadapan raja. Mengikut adat kebiasaan orang-orang Habshi mereka menerangkan:"Nabi kami telah melangkan kami supaya bersujud kepada sesiapa melainkan Allah s.w.t."

Kemudian Raja Habshah telah menyuruh mereka membentangkan hujah-hujah mereka sebagai mempertahankan diri dari pertuduhan puak Quraish. Jaafar r.a.hu bangun lalu berucap:"Tuanku! Kami ini manusia yang jahil. Kami tidak mengenal Allah s.w.t. dan Pesuruh-pesuruhNya.Kami menyembah batu-batu, memakan bangkai serta mengerjakan segala jenis kejahatan.Kami tidak menunaikan kewajipan kami terhadfap kaum kerabat kami. Yang kuat diantara kami akan menindas yang lemah. Akhirnya bangunlah seorang Nabi yang membawa pembaharuan didalam penghidupan kami. Keturunan yang mulia, perangainya yang lurus dan kehidupannya yang suci bersih diketahui umum.Dia menyeru kami supaya kami menyembah Allah s.w.t. dan meninggalkan perbuatan-perbuatan syirik.Dia mengajar kami melakukan perbuatan yang Ma'ruf dan meninggalkan yang Mungkar. Dia mengajarkan kami supaya bercakap benar, menunaikan amanah, menghormati kaum-kaum kerabat dan berbuat baik dengan jiran tetangga. Daripadanya kami belajar sembahyang, berpuasa, berzakat dan berkelakuan baik. Kami diajar supaya menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan pertumpahan darah. Dia melarang perzinaan, perbuatan-perbuatan lucah, bercakap bohong, memakan harta-harta anak yatim dengan secara haram, mengada-adakan fitnah dan sebagainya. Dia mengajar kami Quran dan Kitabullah yang mengkagumkan. Jadi kami percayakan kepadanya, kami mengikuti jejak langkahnya dan menerima ajaran yang dibawanya.Oleh kerana inilah maka kami telah menggangui dan disiksa dengan harapan kami akan kembali kepada keadaan sediakala.Apabila kejaman orang-orang kami melampui batas-batas perikemanusiaan, kami pun dengan doa restu Nabi kami telah datang kemari untuk berlindung ditempat Tuanku."

Kata Raja Habshab:"Perdengarkan sedikit kuma Quran yang telah kamu pelajari daripida Nabi kamu." Jaafar pun membacalah ayat-ayat pada permulaan 'Surah Mariam'. Ayat-ayat yang dibaca begitu mengharukan hati nurani para pendengar sehingga pipi mereka dibasahi air mata."Demi Allah!" kata Raji Habshah."Perkatan-perkataan ini dari perkataan-perkataan yang diturunkan kepada Musa merupakan cahaya dari suatu sumber sinaran yang sama."

Menoleh kepada perwakilan puak Quraish, Dia berkata yang dia enggan menyerahkan orang-orang pelarian itu kepada mereka.Sungguhpun orang-orang Quraish telah berasa malu dan hampa namun mereka tidak mahu mengaku kalah. Mereka mengadakan mesyuarat dimasa salah seorang daripada mereka telah berkata,:"Aku ada satu rancangan yang sudah tentu akan menimbulkan kemarahan baginda terhadap mereka."Rancangan ini tidak dipersetujui oleh rombongan-rombongan Quraish yang lain. Mereka berpendapat bahawa jiwa orang-orang Islam akan terancam jika ianya berhasil. Mereka tidak ingin membahayakan orang yang sedarah sedaging dengan mereka. Tetapi orang mencadangkan itu tiddak mahu membatalkannya. Pada esoknya, dipengaruhi pleh orang lain, perwakilan Quraish telah menghasut Raja Habshah dengan menatakan yang orang perlarian Islam tidak percaya yang Nabi Musa itu anak Allah s.w.t. Sekali lagi orang-orang Islam dibawa menghadap raja. Meraka gementar kerana ketakutan apabila ditanya mengenai pendirian mereka tentang Nabi Musa a.s mereka dengan tegas menjawab: "Kami percaya kepada kata-kata Allah yang telah diturunkan kepada Nabi kami mengenai Isa iaitu dia hanya seorang hamba dan Pesuruh Allah Kami juga percaya dengan kata-kata Allah s.w.t. yang telah disampaikanNya kepada Maryam"

Negus (Raja Habshah) berkata:"Demikian juga dakwah Isa mengenai dirinya."Paderi-paderi yang mendengar kata-kata Negus bersungut-sunut sebagai membantah tetapi dia tidak menghiraukan mereka. Dia mengembalikan hadiah-hadiah yang telah diberikan oleh perwakilan Quraish. Berpaling kepada pelarian-pelarian Islam, dia berkata:"Pergilah hidup dengan aman. Orang-orang yang menganiayai kamu akan menerima hukuman yang berat."Satu pengistiharan diraja telah dirasmikan mengenai perkara ini. Rombongan Quraish telah balik dengan perasaan sedih dan memalukan.

Kegagalan perwakilan Quraish dan kemenangan orang-orang Islam telah menyebabkan pihak mushrikin Mekah bertambah berang..Api merahan mereka telah bersemarak lagi apabila Umar telah memeluk agama Islam. Akibat kemarahan yang berleluasa ini, suatu persidangan yang dihadiri oleh pemuka-pemuka puak Quraish telah diadakan. Tujuan utama mesyuarat ini ialah hendak merancang pembunuhan Baginda s.a.w. Mereka hendak mengatasi masalah Nabi Muhammad s.a.w. dengan sekali gus tetapi pembunuhan ini bukan satu perkara yang senang diselenggarakan. Banu Hashim, puak Nabi Muhammad s.a.w. sangat banyak bilangan ahli-ahlinya dan sangat kuat pengaruhnya dikalangan bangsa Quraish. Sungguhpun banyak diantara mereka tidak menganuti agama Islam mereka sudah tentu tak akan berdiam diri kalau salah seorang daripada mereka dibunuh. Oleh hal yang demikian pemuka-pemuka Quraish telah memutuskan hendak menjalankan pemulauan sosial keatas Banu Hashim. Mereka telah menyusun satu dokumen dalam mana dinyatakan puak-puak Quraish lainnya tidak akan bergaul dan berjual-beli dengan puak Banu Hashim selagi mereka tidak menyerahkan Nabi Muhammad s.a.w.untuk dibunuh. Dokumen yang ditandatangi oleh pemuka-pemuka Quraish itu digantung di Kaabah. Pemulauan itu berjalan dan berkuatkauasa selama tiga tahun dan selama itu pula Nabi Muhammad s.a.w. dan puak Banu Hashim terkepung didalam satu lembah diluar Kota Mekah. Mereka tidak dibenarkan keluar dari lembah itu dan tidak boleh berjual-beli dengan puak-puak Quraish yang lain hatta dengan pedagang-pedagang asing sekalipun. Mereka yang melewati batas 'penjara' mereka ataupun yang cuba membeli barang-barang makanan dipukul dengan sekejam-kejamnya. Pemulauan ini sudah tentu mengakubatkan puak Bani Hashim menghadapi kebuluran. Mujur juga ada sedikit makanan yang telah diseludup oleh lelaki puak Quraish yang lain yang telah berkahwin dengan wanita-wanita Banu Hashim. Penderitaan yang dialami oleh mereka tidak dapat dibayangkan. Walau bagaimanapun Nabi Muhammad s.a.w dan para sahabatnya tetap teguh dengan keimanan mereka dan dalam keadaan yang tidak menyenangkan ini sempat juga mereka menyaampaikan ajaran Ilahi kepada manusia yang senasib dengan mereka.

Akhirnya selepas tiga tahun dengan khudrat dan iradat Allah s.w.t. dokumen yang digantung diKaabah telah hancur dimakan oleh anai-anai dan pemulauan yang dikenakan keatas Banu Hashim dengan sendirinya terbatal.

Demikianlah dengan serba ringkasnya gambaran penderitaan yang telah dialami oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya. Kita yang mendakwa kita sebagai pengikut-pengikut mereka patut bertanya kepada diri kita sendiri menegenai usaha-usaha yang telah kita jalankan untuk menegakkan Syariat-syariat Islam. Apakah pengorbanan yang telah kita lakukan dijalan Allah s.w.t.? Kita ingin majukan duniawi dan nikmat hidup ukhrawi tetapi kita lupa yang ini semua tidak mungkin diperolehi tanpa pengorbanan dijalan Allah s.w.t.

KETAKUTAN NABI MUHAMMAD S.A.W SEWAKTU BERLAKU RIBUT

Telah berkata Aishah r.a.hu apabila angin ribut yang membawa awan hitam bertiup,wajah Nabi Muhammad s.a.w. kelihatan pucat kerana takutkan Allah s.w.t.. Baginda s.a.w. keluar masuk dalam keadaan gelisah sambil membaca doa berikut yang maksud: "Wahai Tuhanku, aku memohon kepadaMu kebajikan angin ini dan kebajikan yang ada didalamnya dan kebajikan apa yang Engkau kirim dengannya dan aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan yang Engkau kirimkan dengannya."

Kata Aishah lagi: "Apabila hujan mulai turun terbayang tanda-tanda kesukaan diwajah Nabi Muhammad s.a.w. Aku bertanya kepadanya: "Ya Rasulullah, apabila kelihatan semua orang merasa suka kerana yang demikian menandakan hujan akan turun tetapi mengapa aku melihat kamu pula berasa cemas?" Baginda s.a.w.menjawab. "Ya Aishah, bagaimana aku dapat menentukan bahawa angin yang bakal mendatang itu tidak menandakan kemurkaan Allah s.w.t.? Kaum A'ad telah dihapus oleh angin. Mereka berasa gembira apabila melihat awan-awan hitam tetapi bukannya hujan yang dibawa bahkan pembinasaan mereka sendiri."

"Maka takkala mereka melihat (ancaman) itu sebagai awan menghadap kelembah-lembah mereka, mereka berkata"Ini awan yang akan menurunkan hujan keatas kita." "Bukan! bahkan ialah ancaman yang kamu mintaya disegerakan iaitu angin yang didalamnya azab yang pedih- yang binasakan tiap-tiap suatu dengan perintahnya, sehingga jadilah mereka tidak kelihatan melainkan tempat-tempat mereka. Demikianlah kami balas kaum yang derhaka."

Tuhan telah berjanji melalui sepotong ayat dalam SURAH AN-ANFAL yang Dia tidak akan mengazabkan manusia selagi Nabi Muhammad s.a.w. ada bersama-sama mereka. Dalam pada itu pun tiap-tiap kali angin kencang bertiup Nabi Muhammad s.a.w. tetap merasa takut. Bandingkan pula perasaan Baginda s.a.w. dengan perasaan kita apabila kilat memancar ataupun banjir berlaku. Yang takut segelintir sahaja. Merekalah yang mengucap Istighfar. Yang lain sibuk dengan keseronokkan hidup masing-masing.

AMAL PERBUATAN ANAS SEWAKTU RIBUT BERLAKU

Diceritakan oleh Nadhr bin Abdullah.

"Pada suatu hari ketika Anas masih hidup cuaca telah menjadi kelam. Saya pergi berjumpa dengannya sambil bertanya: "Pernah kau lihat perkara yang seperti ini berlaku semasa hayat Rasullullah s.a.w.?" Dia menjawab:"Aku berlindung dengan Allah s.w.t.. Pada masa itu kalau berlaku angin ribut kami akan bersegera kemasjid takut kalau-kalau berlaku hari kiamat."Abu Darda bercerita: "Apabila angin kencang bertiup Nabi Muhammad s.a.w. akan berasa cemas. Baginda s.a.w. akan pergi kemasjid."

Amalan seperti ini jarang sekali diperbuat oleh umat Islam sekarang sama ada dari golongan orang kebanyakan ataupun ulama. Mungkin mereka tidak ketahui yang amalan ini merupakan satu sunnah Baginda Rasullullah s.a.w.

RASULULLAH S.A.W. PADA MASA GERHANA MATAHARI

Matahari telah gerhana pada suatu hari. Para sahabat telah meninggalkan pekerjaan mereka masing-masing. Kanak-kanak kecil yang sedang berlatih memanah berlari-lari menuju kemasjid untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w. telah mendirikan sembahyang dua rakaat yang sangat panjang sehingga ada orang yang jatuh pengsan. Dalam sembahyang itu Nabi Muhammad s.a.w. telah menangis sambil berkata:"Ya Tuhanku, engkau telah berkata yang engkau tidak akan menyiksa (umatnya) selagi aku berada bersama mereka dan selagi mereka meminta keampunan engkau."

Disini terjelaslah yang Nabi Muhammad s.a.w.. merujuk kepada ayat Al-Quran yang bermaksud:

"Tetapi Allah tidak akan mengazabkan mereka selagi engkau ( Nabi Muhammad s.a.w.) bersama mereka dan DIA tidak akan mengazabkan, mereka meminta keampunan." - (surah AL-ANFAL-33)

Kemudian dia mengucap kepada para jemaah:

"Kamu hendaklah bersegera melakukan solat apabila berlaku gerhana bulan atau matahari. Kalau kamu tahu tanda-tanda hari Kiamat sebagaimana aku ketahui tentu kamu banyak menangis dan sedikit ketawa. Peristiwa-peristiwa seperti ini memerlukan kita bersembahyang, berdoa kepada Allah s.w.t. dan bersedekah kepada fakir-miskin."

TANGISAN NABI MUHAMMAD S.A.W. SEMALAMAN

Sekali, Nabi Muhammad s.a.w. telah menangis semalam-malaman sambil mambaca berkali-kali dalam sembahyang Tahajjudnya ayat yang bermaksud:

"Jika Engkau siksa mereka maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hambaMu dan jika Engkau ampunkan mereka maka sesungguhnya Engkaulah yang maha kuasa dan bijaksana"

Tangisan seperti ini pernah sekali dilakukan oleh IMAM ABU HANIFA (RAHMATULLAH ALAIHI) sambil membaca ayat ini yang bermaksud:

"Dan berpisahlah kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berdosa"

Ayat ini membawa makna yang orang-orang yang mendurhakai Allah s.w.t. akan disuruh berpisah daripada mereka yang berbakti kepadaNya dan tidak dibenarkan bergaul dengan para salehin sebagaimana yang diperbuat oleh mereka didunia. Mengenangkan peristiwa yang bakal berlaku ini, maka mereka yang bertakwa sering menangis lantaran takut dimasukkan kedalam golongan yang mengengkari Allah s.w.t. pada hari Perhitungan kelak.

CONTOH TAKWA YANG DIPERTUNJUKKAN OLEH ABU BAKAR

Tidak syak lagi bahawa Abu Bakar r.a.hu merupakan manusia yang paling tinggi mertabatnya dikalangan para sahabat. Nabi Muhammad s.a.w. sendiri pernah menyampaikan berita gembira mengenai kedudukannya yang utama diantara penguni-penghuni syurga yang maha mulia.

Kata Nabi Muhammad s.a.w.:"Nama Abu Bakar akan diseru daripada segenap pintu syurga dan dialah pengikutku yang pertama akan memasukinya."

Namun demikian perasaan takutnya kepada Allah s.w.t. tetap bertakhta dikalbunya. Dia sering berkata: "Alangkah baiknya kalau aku menjadi sebatang pokok yang ditebang dan dijadikan kayu api" Kadang-kadang dia berkata: "Alangkah baiknya kalau aku ini sehelai rumput yang riwayat hidupnya akan tamat apabila dimakan oleh seekor binatang ternakan."

Pada suatu hari dia telah pergi kesebuah taman dimana ia lihat seekor burung sedang berciap-ciap. Katanya: "Wahai burung! Sungguh bertuah kamu. Kau makan minum dan bertebangan dibawah naungan pokok-pokok kayu tanpa sebarang perasaan takut tentang hari perkiraan Aku ingin menjadi seperti engkau,wahai burung."

Rabi'ah Aslami r.a.hu telah bercerita:

"Pada suatu hari saya telah bertentangan dengan Abu Bakar. Semasa pertengkaran itu berjalan, dia telah mengeluarkan sepatah perkataan kesat terhadap saya. Dengan serta-merta itu juga, dia telah menyedari akan kesalahannya itu lalu berkata: "Wahai saudara, gunakanlah perkataan itu terhadap saya sebagai tindakan balas."

Saya enggan berbuat demikian. Dia menggesa-gesakan saya supaya menggunakan perkataan kesat tadi dan berkata hendak merujukkan perkara itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. Saya tidak juga mahu mengalah. Dia lalu bangun lalu meninggalkan saya. Beberapa orang ahli dari puak saya yang menyaksikan peristiwa tadi mencemuh: "Ganjil betul orangnya, dia yang melakukan kesalahan dan dia pula mengancam hendak mengadu kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Saya dengan segera menyampuk: " Kamu tahukah siapa dia? Dia adalah Abu Bakar. Menyinggungnya bererti menyinggung Nabi Muhammad s.a.w. dan menyinggung Nabi Muhammad s.a.w. bererti menyinggung Allah s.w.t., kalau perbuatan aku menyinggung Allah s.w.t., siapakah gerangannya yang akan menyelamatkan aku?"

Saya pun bangun lantas pergi menghadap Nabi Muhammad s.a.w. kepada Nabi Muhammad s.a.w. saya bercerita apa yang telah berlaku. Kata Nabi Muhammad s.a.w.:"Keengganan kamu mengeluarkan kata-kata kesat itu sudah kena pada tempatnya, tetapi untuk mengeluarkan penderitaan batinnya, kamu sekurang-kurangnya dapat berkata: "Semoga Allah s.w.t mengampuni kamu wahai Abu Bakar."

Begitulah takwa yang telah dipertunjukkan oleh Abu Bakar. Keengganannya menerima pembalasan dialam akhirat menyebabkan dia memaksa Rabiah Aslami supaya mengambil tindakan balas terhadapnya. Kekesalannya dan penderitaan batinnya akibat kesalahannya itu sedemikian rupa sehingga dia sanggup menceritakan segala-galanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. dengan harapan Nabi Muhammad s.a.w. dapat menolong. Bagaimanakah pula perasaan kita, ummat Islam kini selepas melakukan kesalahan yang seperti diatas? Kita seringkali melakukan kesalahan tanpa perasaan takut akan pembalasan sama ada didunia atau pun diakhirat nanti.

CONTOH TAKWA YANG DITUNJUKKAN OLEH UMAR

Umar r.a.hu kerap memegang sehelai jerami sambil berkata: "Alangkah baiknya kalau aku dapat menjadi jerami seperti ini." Kadang-kala dia berkata: "Alangkah baiknya kalau aku tidak dilahirkan oleh ibuku!"

Pada suatu ketika Umar sedang sibuk dengan urusan yang penting. Tiba-tiba datang satu hamba Allah dengan satu pengaduan yang berkehendakkan pembetulan. Oleh Umar dicemetinya orang itu dibahagian bahunya. Umar berkata: "Bila aku duduk hendak menerima pengaduan engkau tidak datang tetapi bila aku sibuk dengan urusan penting engkau datang menggangui aku."

Tanpa berkata apa-apa orang itu pun meninggalkan Umar. Sejurus kemudian ia dibawa kehadapan Umar sekali lagi. Sambil mengunjukkan cemeti tadi padanya Umar berkata: "Pukullah aku sebagai membalas perbuatan tadi." "Kata orang itu: "Saya mengampuni awak kerana Allah s.w.t."

Kekesalan Umar tidak dapat dibayangkan. Dengan cepat dia kembali kerumahnya lalu mendirikan sembahyang sebanyak dua rakaat. Dia mengkritik dirinya sendiri seperti berikut: "Wahai Umar, dahulu kedudukanmu rendah tetapi kini telah ditinggikan oleh Allah s.w.t.. Dahulu kamu sesat tetapi kini telah dipimpin oleh Allah s.w.t. dan Dia telah memberi kamu kuasa keatas hamba-hambaNya. Apabila salah seorang daripada mereka datang untuk mendapat keadilan ia dipukul dan disakiti. Apakah alasan yang hendak kamu berikan dihadapan Allah s.w.t.?"

Soalan ini dihadapkan kepada dirinya bukan sekali malah beberapa kali. Pada suatu malam Umar sedang meronda disuatu tempat dipersekitaran kota Madinah dengan hambanya Aslam. Tiba-tiba kelihatan cahaya api tidak jauh dari tempat mereka berada. Dia berkata: "Nun ditengah-tengah padang pasir nampaknya ada khemah, mungkin kepunyaan suatu khalifah yang tidak dapat memasuki kota kerana kegelapan malam. Mari kita uruskan perlindungan mereka."

Setibanya mereka ditempat perkhemahan itu, yang kelihatan hanyalah seorang perempuan dengan beberapa orang anaknya. Si ibu tadi sedang menjerang secerek air, sambil memberi salam dia meminta izin untuk mendekatinya.

Umar: "Mengapa kanak-kanak ini menangis"

Perempuan: Kerana mereka lapar"

Umar: "Apa yang ada didalam cerek itu?"

Perempuan: "Hanya air untuk memperdayakan mereka supaya mereka tidur dengan sangkaan yang makanan sedang disediakan untuk mereka. Ah, Allah s.w.t. akan mengadili pengaduanku terhadap Umar pada hari kiamat nanti kerana membiarkan aku didalam keadaan begini."

Umar:(Menangis)"Semoga Allah s.w.t. mengampuni kamu tetapi bagaimanakah Umar hendak mengetahui tentang penderitaan kamu!"

Perempuan:"Orang yang menjadi Amir patut tahu akan keadaan setiap rakyatnya."

Umar balik kekota dan terus ke Baitulmal. Dia mengisikan sebuah karung dengan tepung, buah tamar, minyak dan kain baju. Dia mengeluarkan juga sedikit wang. Apabila karung tadi telah penuh Umar pun berkata kepada Aslam: "Letakkan karung ini keatas belakangku Aslam"

Aslam: "Tidak, tidak, ya Amirul Mu'minin! Biar saya yang memikulnya"

Umar: "Apa! Adakah engkau yang akan memikuli dosaku dihari kiamat kelak? Aku terpaksa memikulinya kerana akulah yang akan dipersoalkan nanti mengenai perempuan ini"

Dengan perasaan serba salah Aslam meletakkan karung itu diatas belakang Umar. Dengan diikuti oleh Aslam dia telah berjalan dengan pantas menuju khemah perempuan itu. Dia memasukkan sedikit tepung, buah tamar dan minyak kedalam cerek tadi lalu mengacaunya. Dia sendiri meniup bara untuk menyalakan api. Kata Aslam: "Saya melihat asap mengenai janggutnya"

Sebentar kemudian makanan itu pun siaplah. Umar sendiri menghidangkan kepada keluarga miskin itu. Selepas kenyang perut kanak-kanak itu, mereka pun bermainlah dengan gembiranya. Melihat keadaan anak-anaknya, perempuan itu pun berkata:"Semoga Allah s.w.t. memberi ganjaran kepada kamu kerana kebaikan hatimu. Sesungguhnya kamu lebih layak memegang jawatan khalifah daripada Umar." Umar melipurkan hati perempuan itu lalu berkata: " Apabila kamu datang berjumpa dengan khalifah, kamu akan menjumpai aku disana."

Setelah melihat kanak-kanak itu bermain beberapa ketika, Umar pun beredar dari situ. Dalam perjalanan pulang Umar telah bertanya kepada Aslam:"Kamu tahu tak mengapa aku duduk disitu beberapa ketika?"Aku ingin melihat mereka bermain-main dan gelak ketawa kerana kesukaan setelah melihat mereka menangis kelaparan."

Mengikut riwayat ketika mengerjakan solat fajar Umar sering membaca SURAH "KAHF, TAHA" dan lain-lain surah yang hampir-hampir sama dengan surah-surah itu. Waktu inilah dia kerap menangis sehingga tangisannya jelas kedengaran beberpa saf kebelakang. Pada suatu subuh ketika membaca ayat SURAH "YUSUF" yang bermaksud:

Hanya aku mengadukan kesusahanku dan kedukacitaanku kepada Allah.

(SURAH YUSUF-86)

Dia telah menangis teresak-esak sehingga tidak dapat meneruskan pembacaannya.

Wahai kaum muslimin, kisah-kisah Umar yang baru saja diceritakan sepatutnya dijadikan bahan rujukan oleh kita bersama. Umar diketahui umum merupakan kesatriaan Islam yang terkenal kerana gagah beraninya. Namanya saja sudah dapat mengecutkan perut pemusuh-pemusuh Islam. Namun demikian dihadapan Allah s.w.t. dia menangis ketakutan. Dimanakah seorang Raja atau Pemimpin negara yang bersedia menunjukkan belas rahimnya kepada seorang hamba rakyatnya yang hina seperti mana yang telah ditunjukkan oleh Umar? Demikianlah kesucian, kemurnian dan ketinggian sopan santun yang dikehendaki oleh Islam, Agama yang kita semua akui sebagai penganut-penganutnya.

TEGURAN OLEH ABDULLAH BIN ABBAS

Diceritakan oleh Wahab bin Munabbah:

"Abdullah bin Abbas telah kehilangan penglihatannya semasa ia telah tua. Pada suatu hari aku telah memimpininya ke Masjidil Haram. Disana ia telah menedengar beberapa orang sedang bertengkar dengan suara yang lantang. Dia meminta supaya aku membawanya kehadapan mereka. Dia pun memberi salam kepada mereka, selepas membalas salamnya mereka mempersilakan ia duduk sambil melahirkan keengganannya berbuat demiakian, dia pun berkata:

"Izinkan aku menceritakan darihal hamba-hamba Allah s.w.t. yang sebenar-benarnya. Mereka adalah manusia yang tidak ingin berkata-kata kerana takutkan Allah s.w.t... Sungguhpun mereka tidak bisu dan sebaliknya dapat menggunakan bahasa dengan fasihnya tetapi oleh kerana selalu memuji-muji Allah s.w.t.. maka mereka tidak dapat memperkatakan sesuatu yang sia-sia. Apabila mereka tiba keperingkat keimanan yang demikian rupa maka mereka segera kearah kebaikan. Mengapakah kamu sekelian telah menyeleweng dari jalan ini? Selepas peristiwa ini aku tidak melihat manusia berkumpul di Masjidil Haram."

Kisah Abdullah bin Abbas ini menunjukkan kepada kita suatu jalan yang sebaik-baiknya untuk mencapai kebaikan. Caranya ialah dengan memikirkan tentang kebesaran Allah s.w.t. Kalau ini dapat dilakukan maka lain-lain perbuatan yang baik dapat dilakukan juga dengan senang dan penuh kejujuran.

GERAKAN BALA TENTERA MUSLIMIN KE TABUK

Sampai pula berita kepada Nabi Muhammad s.a.w. bahawa tentera Rumawi sedang berkumpul hendak datang menyerang. Tanpa membuang masa Nabi Muhammad s.a.w. telah mengerahkan kaum Muslimin untuk menyiapkan segala alat kelengkapan berperang. Kebetulan pada masa itu orang sedang menghadapi musim kemarau yang dahsyat. Oleh kerana tentera musuh yang bakal dihadapi itu besar dan kemungkinan mengalami berjenis-jenis kesukaran itu banyak. Orang-orang mewah dan agak berada serta senang hidupnya, Nabi Muhammad s.a.w.. galakkan menghulurkan pertolongan membekalkan mereka yang susah

Pada masa itu Abu Bakat r.a.hu telah mendermakan segala hartanya. Apabila ditanya apa yang tinggal kepada keluarganya, ia menjawab:"Aku tinggalkan Allah s.w.t. dan RasulNya kepada mereka."

Umar r.a.hu telah mendermakan separuh dari harta kekayaannya sedangkan Usman r.a.hu telah membekalkan alat kelengkapan perperangan untuk sepertiga daripada semua tentera Muslimin. Tiap-tiap sepuluh orang askar dibekalkan dengan seekor unta sahaja disebabkan kekurangan binatang ini. Oleh sebab inilah maka gerakan ketenteraan ini dinamakan "KEMPEN KEPICIKAN".

Tentera-tentera Muslimin terpaksa berjalan jauh dalam cuaca panas terik membakar ketempat yang ditujui. Kebetulan pada masa itu kebun-kebun mereka penuh dengan buah-buah tamar yang telah masak. Ini merupakan ujian Allah s.w.t. terhadap mereka. Tiba-tiba mereka diseru untuk menghadapi musuh yang paling gagah sebagai menguji keimanan mereka. Natijah keimanan mereka yang teguh inilah maka mereka tidak ingin ditinggalkan diMadinah kecuali kaum wanita, kanak-kanak, orang-orang munafik dan mereka yang tidak ada kenderaan. Ada diantara mereka yang menangis-nangis kerana tidak dapat menyertai Nabi Muhammad s.a.w. dan tentera-tentera Muslimin yang lain. Mengenai orang-orang ini Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud:

"MEREKA BERPALING SEDANG MATA MEREKA MENGALIR AIRMATA KERANA SEDIH YANG MEREKA TIDAK ADA KEMAMPUAN YANG BOLEH MEREKA BELANJAKAN"

Diantara mereka-mereka yang beriman hanya tiga orang sahaja yang tidak menyertai tentera Muslimin tanpa sebarang alasan.(Kisah mereka akan dibentangkan sekejap lagi).

Sementara itu dalam perjalan para tentera Muslimin keTabuk, tentera Muslimin telah sampai ke perkampungan Thamud. Disini Nabi Muhammad s.a.w. telah menutupi wajahnya sambil mempercepatkan perjalanannya. Nabi Muhammad s.a.w. memerintahkan supaya para sahabatnya berbuat demikian juga. Nabi Muhammad s.a.w. menasihatikan mereka supaya menangis dan takutkan penyiksaan Allah s.w.t. agar Allah s.w.t. tidak mengenakan siksaan keatas mereka seperti mana yang dikenakan keatas Thamud.

Lihatlah sikap yang dipertunjukkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya ketika melalui perkampungan Thamud yang telah dibinasakan oleh Allah s.w.t. Beginilah pula sikap yang seharusnya dimiliki oleh kita, tetapi kebanyakkan kita tidak merasa sedih atau takut apabila menghadapi sesuatu malapetaka atau bencana alam. Sebaliknya kita mengadakan pesta keramaian ditempat berlakunya sesuatu kecelakaan itu

KISAH TIGA ORANG MUKMIN YANG TIDAK MENYERTAI NABI KE TABUK

Diantara puak munafikin jumlah yang tidak menyertai gerakan keTabuk boleh dikatakan banyak juga. Bukan sahaja mereka gagal menyahut seruan Nabi Muhammad s.a.w. malah mereka cuba mempengaruhi orang-orang lain supaya berbuat demikian.

Kata mereka: "Janganlah berpergian dalam keadaan panas" (SURAH AT-TAUBAH ayat 81)

Allah s.w.t. menjawab: "API NERAKA LEBIH PANAS LAGI"

Diantara orang-orang yang beriman pula seperti mana yang telah dikatakan tadi, hanya tiga orang sahaja yang tidak menyertai tentera Muslimin. Mereka ini ialah Murarak bin Rabi, Hilal bin Umayyah dan Ka'ab bin Malik. Murarah tidak bersama-sama Nabi Muhammad s.a.w. dan sahabatnya kerana buah-buah tamar dikebunnya telah masak dan terpaksa dikutip. Dia menyangka yang penyertaannya dalam lain-lain peperangan terdahulu daripada ini dapat melepaskan dirinya daripada peperangan yang sedang dihadapi. Disini dia telah melakukan kesalahan mementingkan hartanya daripada Allah s.w.t.. Apabila dia menyedari kesalahannya dia mendermakan kebunnya kepada orang. Akan Hilal pula dia sibuk mendampingi kaum keluarganya yang pulang ke Madinah selepas meninggalkan kota itu beberapa ketika lamanya. Seperti Murarah, dia juga telah menyertai beberapa peperangan yang terdahulu.Ternyata yang Hilal telah melakukan kesalahan mementingkan kaum keluarga nya daripada Allah s.w.t.. Setelah menyedari kesalahannya dia telah emmutuskan perhubungan dengan kaum kerabatnya. Mengenai Ka'ab pula, dengarlah cerita seperti yang diceritakan olehnya sendiri. Cerita Ka'ab ini terkandung didalam semua buku-buku Hadis. Katanya:

"Semasa berlaku gerakan keTabuk keadaan hidup aku agak mewah.Aku mempunyai dua ekor unta kepunyaan saya sendiri. Sebelum ini saya tidak pernah memiliki bilangan unta seperti tersebut tadi. Telah menjadi amalan Nabi Muhammad s.a.w. yang ia tidak suka memberitahu kepada umum tentang tempat yang ditujui oleh gerakan tentera Muslimin, tetapi sekali ini oleh kerana jauhnya perjalanan yang mensti ditempuhi, kerana musim kemarau pada masa itu dan oleh kerana kekuatan tentara kafir, ia terpaksa menceritakan segala-galanya agar persiapan-persiapan dapat diperbuat dengan sempurnanya. Orang-orang yang bakal memnyertai pergerakan keTabuk terlalu banyak sehingga tidak mungkin diketahui nama-nama mereka semuanya. Demikian juga payahnya untuk mengetahui nama-nama meraka yang tidak menyertai Nabi Muhammad s.a.w.. Pada ketika itu kebun-kebun diMadinah telah penuh dengan buah-buah yang telah masak.Tiap-tiap pagi saya bercita-cita hendak membuat persiapan-persiapan agar dapat menyertai tentera Muslimin, tetapi entah bagaimana keazaman saya itu tidak menjadi kenyataan. Saya ketahui benar-benar yang saya dapat menyertai mereka bila-bila masa sahaja. Dalam keadaan saya yang demikianlah maka berita mengenai keberangkatan tentera Muslim telah sampai kepengetahuan saya. Saya masih berpendapat yang saya mendahului mereka sekiranya saya dapat bersiap sedia dalam sehari-dua."

"Penangguhan saya untuk melakukan sesuatu yang tegas berlanjutan sehingga tibalah masanya tentera-tentera Muslimin hampir tiba diTabuk. Dalam keadaan yang demikian pun saya masih juga menangguh-nangguh.Tiba-tiba apabila saya melihat orang-orang yang tertinggal diMadinah saya menyedari yang kebanyakkan daripada mereka ini terdiri daripada kaum-kaum munafikin dan mereka yang telah sengaja diuzurkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. kerana sebab-sebab yang tertentu. Setibanya Nabi Muhammad s.a.w. keTabuk, Baginda s.a.w. pun bertanya: 'Mengapa aku tidak melihat Ka'ab?" Jawab salah seorang daripada para sahabat: " Ya Nabi Muhammad s.a.w., kebanggaannya kepada harta dan kesenangan kehidupannya telah menyebabkan dia tertinggal kebelakang.' Maaz mencelah sambil berkata:"Tidak, Ini tidak mungkin. Setahu kami dia adalah seorang Mukmin yang sebenar-benarnya." Nabi Muhammad s.a.w. tidak mengeluarkan sepatah katapun."

Ka'ab meneruskan ceritanya:

"Selepas beberapa hari saya pun mendengar berita mengenai kepulangan Nabi Muhammad s.a.w. saya tiba-tiba dirundungi oleh perasaan sedih dan kesal yang maha hebat. Beberapa alasan iaitu yang mungkin dikemukakan kepada Nabi Muhammad s.a.w. mengelakkan kemurkaan Baginda s.a.w. terbayang-bayang dikepala saya. Saya juga telah meminta nasihat daripada orang-orang yang cerdik pandai dikalangan keluarga saya, tetapi akhirnya alasan-alasan ini saya ketepikan dan saya membuat keputusan hendak bercakap benar kepada Nabi Muhammad s.a.w.Telah menjadi kebiasaan Rasulullah s.a.w.., apabila Baginda s.a.w.balik dari suatu perjalanan Nabi Muhammad s.a.w. akan singgah dimasjid untuk mendirikan Solat Tahyatul Masjid serta beramah mesra dengan pelawat-pelawatnya. Pada ketika ini datanglah orang munafik bersumpah-sumpah sambil memberi sebab-sebab mengapa mereka tidak menyertai Nabi Muhammad s.a.w. keTabuk. Nabi Muhammad s.a.w.menerima saja alasan-alasan yang diucapkan oelh lidah-lidah mereka sedangkan kandungan batin mereka tinggalkan kepada Allah s.w.t.untuk membereskannya. Kemudian saya pun tibalah untuk menemui Rasulullah s.a.w. lantas memberi salam kepada Baginda s.a.w.. Suatu senyuman yang tawar, Baginda s.a.w. menolehkan mukanya kearah lain. Saya berkata:" Wahai Rasulullah ,Tuan memalingkan muka Tuan dari saya.Demi Allah s.w.t., saya bukannya munafik dan saya tidak meragui kebenaran agama saya." Baginda s.a.w. menyuruh saya mendekati lalu bertanya: "Apa yang menghalangi kamu? Bukankah kamu telah membeli unta?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah s.a.w., kalau kepada orang lain sudah tentu saya dapat memberi alasan-alasan yang sesuai kerana Allah s.w.t. telah mengurniakan saya dengan kefasihan bercakap, tetapi kepada Tuan, walaupun saya dapat memberi keterangan-keterangan dusta yang memuaskan hati Tuan, sudah tentu Allah s.w.t. akan memurkai saya. Sebaliknya kalau saya menimbulkan kemarahan Tuan dengan bercakap benar saya percaya lambat-laun kemarahan Tuan itu akan dihapuskan oleh Allah s.w.t. . Oleh itu saya bercakap benar. Demi Allah s.w.t. saya tidak ada sebarang alasan pun sedangkan pada masa itu hidup saya mewah." Kata Nabi Muhammad s.a.w."Dia sedang bercakap benar." Kemudian Baginda s.a.w berkata: "Pergilah kamu dan Allah s.w.t.. akan menentukan sesuatu bagi kamu."

Apabila saya meninggalkan Nabi Muhammad s.a.w.. orang-orang dari puak saya telah menyalahi saya kerana telah bercakap benar dihadapan Rasulullah. Kata mereka: Kamu sebelum ini tidak pernah melakukan sebarang kesalahan . Kalaulah setelah memberi satu-satu alasan yang sesuai, kamu meminta Nabi Muhammad s.a.w. berdoa untuk diampunkan oleh Allah s.w.t., yang demikian itu sudah tentu mencukupi. "Kemudian saya bertanya kalau-kalau ada orang yang hal keadaannya seperti saya. Mereka menceritakan mengenai Hilah bin Umayyah dan Murarah bin Rabi. Mereka juga telah mengakui kesalahan mereka dan menerima jawapan yang sama. Saya tahui yang mereka ini adalah penganut-penganut agama Islam yang sejati dan telah mengambil bahagian dalam Peperangan Badar. Nabi Muhammad s.a.w. sudah memerintahkan supaya kami bertiga dipulaukan.Tidak ada seorang pun yang berani bergaul dan bercakap-cakap dengan kami. Pada masa itu saya berasa seolah-olah saya tinggal berdagang dirantau orang. Kawan-kawan berkelakuan seperti orang asing. Dunia yang begitu luas menjadi sempit. Kalau saya mati Nabi Muhammad s.a.w. tidak akan mengimami sembahyang jenazah saya. Sebaliknya kalau Baginda s.a.w. wafat sudah tentu pemboikotan yang dikenakan keatas saya akan berterusan sehingga keakhir hayat saya. Kawan-kawan saya yang berdua itu tidak menampakkan diri mereka diluar rumah sedangkan saya memberanikan diri dengan berjalan-jalan dipasar dan bersembahyang berjemaah tetapi saya tidak dihiraukan oleh sesiapa pun. Kadang-kadang saya memberanikan diri menghampiri Nabi Muhammad s.a.w. sambil memberikan salam. Saya menunggu-nuggu jawapannya dengan penuh harapan.Kerapkali selepas menunaikan solat fardhu saya akan menunaikan solat sunnat berhampiran dengan Nabi Muhammad s.a.w. kerana ingin mengetahui sama ada Baginda s.a.w. akan memandang saya atau tidak. Ya, Baginda s.a.w. memandangkan saya semasa berada dalam sembahyang. Diluar sembahyang Baginda s.a.w. memalingkan pandangannya dari saya."

"Pada suatu hari apabila saya rasa yang saya tidak dapat lagi menderitai pemulauan sosial yang dikenakan keatas saya, saya telah memanjat tembok kebun sepupu saya,Qatadah. Saya mengucapkan salam kepadanya tetapi dia tidak menjawab. Saya menggesanya supaya menjawab hanya satu soalan sahaja. Saya bertanya:"Engkau tahu atau tidak yang aku mencintai Allah s.w.t. dan RasulNya?" Soalan saya itu terpaksa diulangi sebanyak tiga kali. Pada kali yang ketiganya baharulah dia menjawab:" Hanya Allah s.w.t.dan RasulNya yang mengetahui." Mendengar jawapannya itu saya menangis lalu meninggalkannya."

"Pada suatu ketika sedang saya melalui sebatang jalan di Madinah, saya terpandang akan seorang Kriastian bangsa Mesir yang telah datang dari Sham. Rupa-rupanya orang itu sedang mencari saya. Apabila orang ramai disitu menunjukkan saya dia pun menghampiri saya sambil menyerahkan sepucuk surat daripada Raja Keristian yang memerintah Ghassan. Surat itu berbunyi:" Kami telah mengetahui akan penganiayaan yang kamu perolehi dari ketua kamu. Allah s.w.t. tidak akan membiarkan kamu dalam keadaan hina dan malu. Eloklah kamu menyertai kami dan kami akan memberi segala pertolongan kepada kamu." Apabila saya membaca surat ini saya mengucapkan:"INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN." Demikianlah hal keadaan saya sehingga orang-orang kafir menyangka yang saya akan murtad. Saya tidak dapat membayangkan segala kecelakaan yang menimpa diri saya. Dengan serta merta saya mencampakkan surat itu kedalam api dan saya pun terus pergi berjumpa dengan Nabi Muhammad s.a.w. Kata saya:"Ya Rasulullah s.a.w., saya telah tergelincir didalam jurang kehinaan yang amat dahsyat sehinggakan orang-orang kafir menyangka yang saya akan murtad."


"Selepas empat puluh hari pemboikotan itu berjalan seorang utusan Nabi Muhammad s.a.w. mendatangi saya dengan membawa satu perintah baru dari Nabi Muhammad s.a.w. Saya diperintahkan supaya berpisah dari isteri saya. Saya bertanya kepada utusan itu sama ada isteri saya terpaksa diceraikan. Dia hanya menmyuruh saya berpsah dari isteri saya. Perintah yang sama diberikan kepada sahabat-sahabat yg berdua itu. Kata saya kepada isteri saya:"Pergilah kamu tinggal bersama-sama orangtuamu sehingga Allah s.w.t. menetukan sesuatu bagiku." Isteri Hilal pun telah pergi berjumpa dengan Nabi Muhammad s.a.w. sambil mengadu kepada Baginda s.a.w :"Ya Rasulllah,Hilal sudah tua dan tidak ada orang untuk menjaganya. Kalau aku meninggalkannya sudah tentu dia akan mati. Izinkan aku supaya menjagainya."Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: "Baiklah tetapi jangan melakukan perhubungan jenis." Kata isteri Hilal:"Ya Rasulullah ,dia sudah tidak ada keinginan semenjak pemulauan dikenakan keatasnya. Dia menghabiskan masanya dengan menangis."

Ada orang yang mecadangkan kepada saya supaya meminta kebenaran daripada Nabi Muhammad s.a.w. untuk membolehkan isteri saya tinggal bersama-sama saya tetapi saya enggan berbuat demikian kerana saya masih muda sedangkan Hilal sudah tua. Lagi pula saya tidak berani membuat permintaan yang demikian. Sehingga ini pemulauan telah dijalankan keatas kami selama lima puluh hari.

Pada pagi yang kelima puluh itu sedang saya duduk-duduk diatas bumbung rumah saya, setelah melakukan Solat Faja, saya terdengar orang menjerit dari kemuncak bukit Salak. "Ada berita gembira buat kamu ya Ka'ab." Sebaik sahaja saya mendengar berita itu saya pun bersujud dengan gembiranya sambil mengucapkan syukur kepada Allah s.w.t.. Saya tahu yang saya telah perolehi keampunan daripada Allah s.w.t.. Sebenarnya Nabi Muhammad s.a.w. mengistiharkan keampunan Allah s.w.t. kepada kami bertiga selepas solat Subuh itu.Kemudian datang pula seorang penunggang kuda membawa berita yang sama. Oleh kerana kegembiraan yang amat sangat saya telah menghadiahkan pakaian yang terlekat dibadan saya kepada pembawa berita gembira itu.Pada masa itu saya hanyai miliki pakaian yang sedang saya pakai tadi. Oleh hal yang demikian saya meminjam sehelai pakaian dari sahabat saya dan memakai pakaian itu dan saya terus pergi berjumpa dengan Rasulullah s.a.w.. Apabila saya tiba dimasjid orang-orang yang sedang berbual-buak dengan Rasulullah s.a.w. datang menerpa dan memegang tangan saya sambil mengucapkan tahniah. Orang yang mula-mula mengucapkan tahniah kepada saya ialah Talhah.Kemudian saya pun menyampaikan salam kepada Nabi Muhammad s.a.w. . Muka Baginda s.a.w. berseri-seri dengan cahaya kegembiraan. Saya berkata kepada Baginda s.a.w. :"Ya Rasulullah, saya bercadang hendak mendermakan semua harta saya sebagai mengucapkan syukur kepada Allah s.w.t. yang telah sudi menerima taubat saya." Baginda s.a.w.. berkata: "Janganlah habiskan semua harta kamu. Tinggalkan sedikit untuk kepentingan dirimu." Saya pun mendermakan harta saya kecuali rampasan yang diperolehi dalam Peperangan Khaibar."

"Kebenaran telah menyelamatkan saya dan oleh itu saya berazam hendak bercakap benar pada setiap masa."



Kisah diatas dengan jelas menunjukkan sifat-sifat yang sepatutnya terdapat pada semua penganut-penganut Islam yang bernar-benar beriman.

1) Pentingnya berusaha dijalan Allah s.w.t. Orang yang selama ini telah mematuhi segala perintah Allah s.w.t. dan yang telah menyertai semua peperangan menetang musuh pun terpaksa menanggung penderitaan akibat kesalahan yang dilakukan hanya sekali sahaja.

2) Kepatuhan menjunjung perintah Nabi Muhammad s.a.w. Selama lima puluh hari masyarakat Islam termasuk kaum kerabat dan sanak saudara serta sabahat handai mereka sendiri telah memulau Ka'ab dan kawan-kawannya pula telah menjalani hukuman dengan pebuh ketaatan. Dengan lain-lain perkataan, yang memulau pada suatu pihak dan yang kena pulau disuatu pihak yang lain masing-masing mematuhi arahan Nabi Muhammad s.a.w.

3) Keimanan yang teguh Ka'ab telah menerima surat dari seorang raj Kristian yang cuba mempengaruhinya supaya melakukan kemungkaran. Perkataan-perkataan dan perbuatannya selepas menerima surat itu merupakan bukti yang nyata mengenai keteguhan imannya.

Sekarang marilah kita memeriksa perbadi kita sendiri untuk menentukan banyak atau sedikitnya kepatuhan yang terdapat pada diri kita. Adakah kita mematuhi segala perintah-perintah Allah s.w.t.? Adakah kita mendirikan sembahyang- Perintah Allah s.w.t. yang paling sedikit memakan belanja? Adakah kita berasa sedih apabila meninggalkannya?

NABI MUHAMMAD S.A.W. MEMARAHI SAHABAT-SAHABAT YANG KETAWA

Pada suatu ketika apabila Nabi Muhammad s.a.w. sampai kemasjid untuk mendirikan solat, Baginda s.a.w. dapati beberapa orang sahabat sedang gelak ketawa. Baginda s.a.w. berkata: "Kalau kamu selalu mengingati maut sudah tentu aku tidak mendapati kamu semua dalam keadaan demikian. Pada setiap masa kamu hidup kamu mesti mengingati maut. Setiap waktu tanah perkuburan memekik mengatakan:' Aku ini merupakan semak samun. Aku dipenuhi dengan debu. Aku ini penuh dengan serangga. '

Apabila seorang mukmin dikebumikan didalamnya, bumi berkata 'Aku ucapkan selamat datang kepada mu. Diantara manusia yang bertebaran atas muka bumi ini, engkaulah yang paling aku sukai. Baik sungguh hatimu kerana mahu memasuki ku. Sekarang lihatlah bagaimana aku menghiburkan hatimu?'

Kemudian bumi membesar sejauh mata memandang. Sebuah pintu syurga terbuka dihadapannya. Melalui pintu inilah bau-bauan yang semarak harumnya menyusupi lubang hidungnya.

Tetapi apabila seorang yang jahat dimasukkan kedalamnya, bumi akan berkata:'Tidak ada kata alu-aluan buatmu. Diantara manusia yang hidup didunia, engkaulah yang paling aku benci. Sekarang lihatlah layanan aku terhadapmu.'

Kemudian ia dihimpit oleh bumi sehingga tulang-tulang rusuknya saling bertikam tikaman dan berselisih antara satu sama lain. Sebanyak tujuh puluh ekor ular akan mematuknya sehingga hari kiamat.Ular-ular ini terlalu berbisa hinggakan kalau seekor sahaja menyemburkan bisanya dipermukaan bumi maka sehelai rumput pun tidak akan tumbuh.Kemudian Nbi Muhammad s.a.w berkata: "Kubur boleh merupakan syurga ataupun neraka."

Sifat takut kepada Allah s.w.t. pasti terdapat pada manusia yang benar-benar beriman. Sifat takut ini dapat diwujudkan dan dipupuk sehingga ia tumbuh dengan suburnya kalau kita dalam kehidupan kita sehari-hari dapat mengingati akan MATI !!!

TAKUTNYA NIFAK YANG DIPERTUNJUKKAN OLEH HANZLAH

"Kami berhadapan dengan Nabi Muhammad s.a.w.. apabila Baginda s.a.w. berkhutbah pada suatu hari. Kutbah Baginda s.a.w.. menakutkan hati kami. Kami mencucuri airmata mengenangkan keadaan kami pada masa itu, kemudian saya pun kembali kerumah menemui anak dan isteri saya. Ditengah-tengah kesibukan kami sekeluarga, kesan kuthbah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. sebentar tadi semakin hilang. Saya menyedari yang keadaan saya telah berubah. Kalau tadi saya berdukacita kini saya berasa gembira.Tiba-tiba saya berkata didalam hati saya:"Oh Hanzlah, engkau ini seorang munafik." Perasaan hiba yang menyelubungi fikiran saya yang tidak dapat dibayangkan. Saya meninggalkan rumah saya sambil berkata: "Hanzlah telah menjadi seorang munfik." Apabila saya menemui Abu Bakar saya meneruskan kata-kata saya tadi. Katanya: "Subhanallah! Apa yang kamu katakan ini. Hanzlah tidak mungkin menjadi seorang munafik."

Saya menceritakan segala-galanya kepadanya. Kata saya:"Semasa kita mendengar kutbah Nabi Muhammad s.a.w. tadi terasa oleh kita bahawa syurga dan neraka seolah-olah berada dihadapan kita, tetapi apabila balik bertemu dengan keluarga kita dirumah, kita melupakan kampung akhirat." Kata Abu Bakar: "Ya, keadaan aku pun demikian juga." Kemudian kami bersama-sama menuju ketempat kediaman Nabi Muhammad s.a.w.

Kata saya kepada Nabi Muhammad s.a.w.:"Ya Rasulullah, saya telah menjadi munafik." Setelah mendengar penjelasan saya Nabi Muhammad s.a.w..:"Demi Allah , yang jiwaku ditanganNya, seandainya kamu dapat memeliharakan selama-lamanya keghairahan yang diwujudkan dalam sanubari kamu semasa berada disisiku, sudah tentu para malaikat akan mengucap selamat kepadamu semasa kamu berjalan dan semasa kamu tidur, tetapi wahai Hanzlah, ini adalah satu perkara yang jarang-jarang berlaku."

Menurut pendapat Nabi Muhammad s.a.w. walau bagaimanapun teguhnya keimanan seseorang, dia tidak dapat menumpukan segala tenaganya terhadap urusan 'Ukhrawinya' semata-mata kerana sebagai seorang manusia dia terpaksa bertanggung jawab terhadap urusan-urusan'Duniawi' yang lain. Walaupun ada manusia yang boleh berbuat demikian sudah tentu bilangan mereka itu terlalu kecil. Namun demikian, kita hendaklah memupukkan perasaan yang akan membolehkan kita sentiasa mencurigai tentang keteguhan iman kita sepertimana yang telah dipertunjukkan oleh sahabat Hanzlah.

GERAKAN TENTERA AL-AMBAR

Nabi Muhammad s.a.w. telah mengerahkan satu ketumbukan tentera Muslimin yang terdiri daripada tiga ratus orang. Tentera yang diarahkan kesebuah tempat berdekatan dengan pantai diketuai oleh Abu Ubaidah. Nabi Muhammad s.a.w. telah memberi sekarung buah tamar sebagai bekalan makanan mereka. Belum pun genap lima belas hari, makanan yang mereka bawa telah kehabisan. Qais r.a.hu sebagai usaha kearah mengelakkan daripada kelaparan telah membeli tiga ekor unta tiap-tiap hari daripada orang-orangnya sendiri untuk menjadi hidangan para mujahid sekelian. Ini bermakna yang alat pengakutan mereka semakin berkurangan tiap-tiap hari. Abu Ubaidah telah mengarahkan supaya penyembelihan unta dihentikan dengan serta merta. Dia mengumpulkan buah tamar yang masih ada pada tiap-tiap seorang lalu menyimpannya didalam sebuah bekas. buah-buah ini lah dicatukan sebanyak sebiji kepada seorang, tiap-tiap hari. Apabila Jabir r.a.hu menceritakan kisah ini kepada orang, salah seorang daripada pendengar-pendengarnya telah bertanya: "Bagaimana kamu hidup sehari suntuk dengan sebiji kurma?" Jabir r.a.hu menjawab:" Setelah beberapa lama yang sebiji itu pun tidak diperolehi. Kami telah mendekati pinggir kbuluran. Kami terpaksa menyirami daun-daun kayu dengan air dan kemudian memakannya."

Tiba-tiba Allah s.w.t. seperti biasa telah mencucuri rahmatNya keatas orang yang tahan penderitaan. Seekor ikan besar yang bernama AMBAR telah terlempar dari laut lalu jatuh keatas pantai.Ikan itulah yang menjadi makanan mereka selama lapan belas hari. Yang bakinya dibuat bekalan dalam perjalanan mereka balik keMadinah. Apabila peristiwa ini diceritakan kepada Nabi Muhammad s.a.w., Baginda s.a.w. berkata: "Ikan itu ialah bekalan yang dikurniakan oleh Allah s.w.t. untuk kamu semua." Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda: "Penderitaan yang paling pahit disediakan kepada para Nabi dan kemudian kepada mereka-mereka yang paling baik dikalangan Muslimin lainnya."

Kesusahan dan pederitaan hidup adalah perkara biasa dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kepada orang yang mempercayai Allah s.w.t. kesusahan merupakan suatu ujianNya. Ujian yang dihadapkan kepada seseorang insan itu seimbang dengan kedudukannya disisi Allah s.w.t. Paling dekat dengan Allah s.w.t.., paling dahsyatlah ujian yang bakal diteimanya. Orang yang lulus ujianNya akhirnya menerima rahmat keselesaan hidup dan ketenteraman jiwa dari sisiNya.